RADARSEMARANG.ID,SEMARANG – Memasuki era disrupsi -kemajuan teknologi mulai
menggantikan manusia- pekerjaan konvensional mulai hilang digantikan oleh mesin
ataupun teknologi berbasis internet.
Era ini dikhawatirkan akan menggerus
budaya dan menghilangkan identitas bangsa sekaligus industri kreatif yang kini
mulai menggeliat. Hal tersebut diungkapkan budayawan Sujiwo Tejo dalam seminar
yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu
Sosial, Unnes.
Sujiwo Tejo mengatakan era disrupsi ini
perlu diwaspadai karena dipastikan akan merambah ke sisi budaya, meski tidak
akan terjadi dalam waktu yang cepat namun perlu dilakukan kreasi dan inovasi.
“Sebut saja pekerjaan kreatif batik
tulis, yang seperti ini tidak akan mudah tergantikan oleh robot ataupun
kemajuan teknologi dalam waktu dekat,” katanya dalam seminar ‘Urgensi Nilai
Budaya di Era Disrupsi’, di auditorium Unnes kemarin.
Pria yang bernama asli Agus Hadi
Sudjiwo ini menjelaskan, kecerdasan buatan manusia, bisa mengalahkan bahkan
menggilas pembuatnya. Ia mencontohkan seorang grand master catur asal Rusia
belum lama ini dikalahkan oleh komputer.
Menurutnya, budaya adalah sebuah
nilai yang berkesinambungan, termasuk industri kreatif yang ada di dalamnya.
Dalam ilmu matematika misalnya, menurut Sujiwo Tejo, ilmu tersebut merupakan
ilmu melihat sebuah pola yang tidak terpola.
“Contohnya dalam batik,
ketidakaturan yang teratur ini bisa dilihat dari garis geometris, untuk itu
perlu adanya keseimbangan seni dan ilmu pengetahuan di era disrupsi ini,”
tegasnya.
Karakteristik batik, lanjut Sujiwo
Tejo dalam motif parang, bisa dimodifikasi agar tidak tertinggal zaman dan bisa
disukai berbagai kalangan dengan bentuk lain.
Sama halnya dengan kain lurik yang
pada dasarnya punya tiga garis warna yang berbeda pun bisa dimodifikasi
sedemikian rupa agar tidak dikalahkan oleh era disrupsi. “Misalnya motif
parang, menggunakan aplikasi bentuk saxophone, biola dan lain sebagainya agar
bisa tetap lestari dan tetap menjadi identitas bangsa. Terpenting dari modifikasi
ini adalah esesnsinya harus ada,” tuturnya.
Sementara itu, pemilik Identix Batik Tulis
Indonesia, Irma Susanti menjelaskan industri kreatif yang berkaitan dengan
budaya memiliki peluang atau potensi yang cukup besar untuk bertahan di era
disrupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar