Selasa, 23 Oktober 2018

Budaya dan Industri Kreatif Tak Luntur di Era Disrupsi


RADARSEMARANG.ID,SEMARANG – Memasuki era disrupsi -kemajuan teknologi mulai menggantikan manusia- pekerjaan konvensional mulai hilang digantikan oleh mesin ataupun teknologi berbasis internet.
Era ini dikhawatirkan akan menggerus budaya dan menghilangkan identitas bangsa sekaligus industri kreatif yang kini mulai menggeliat. Hal tersebut diungkapkan budayawan Sujiwo Tejo dalam seminar yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial, Unnes.
Sujiwo Tejo mengatakan era disrupsi ini perlu diwaspadai karena dipastikan akan merambah ke sisi budaya, meski tidak akan terjadi dalam waktu yang cepat namun perlu dilakukan kreasi dan inovasi.
“Sebut saja pekerjaan kreatif batik tulis, yang seperti ini tidak akan mudah tergantikan oleh robot ataupun kemajuan teknologi dalam waktu dekat,” katanya dalam seminar ‘Urgensi Nilai Budaya di Era Disrupsi’, di auditorium Unnes kemarin.
Pria yang bernama asli Agus Hadi Sudjiwo ini menjelaskan, kecerdasan buatan manusia, bisa mengalahkan bahkan menggilas pembuatnya. Ia mencontohkan seorang grand master catur asal Rusia belum lama ini dikalahkan oleh komputer.
Menurutnya, budaya adalah sebuah nilai yang berkesinambungan, termasuk industri kreatif yang ada di dalamnya. Dalam ilmu matematika misalnya, menurut Sujiwo Tejo, ilmu tersebut merupakan ilmu melihat sebuah pola yang tidak terpola.
“Contohnya dalam batik, ketidakaturan yang teratur ini bisa dilihat dari garis geometris, untuk itu perlu adanya keseimbangan seni dan ilmu pengetahuan di era disrupsi ini,” tegasnya.
Karakteristik batik, lanjut Sujiwo Tejo dalam motif parang, bisa dimodifikasi agar tidak tertinggal zaman dan bisa disukai berbagai kalangan dengan bentuk lain.
Sama halnya dengan kain lurik yang pada dasarnya punya tiga garis warna yang berbeda pun bisa dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak dikalahkan oleh era disrupsi. “Misalnya motif parang, menggunakan aplikasi bentuk saxophone, biola dan lain sebagainya agar bisa tetap lestari dan tetap menjadi identitas bangsa. Terpenting dari modifikasi ini adalah esesnsinya harus ada,” tuturnya.
Sementara itu, pemilik Identix Batik Tulis Indonesia, Irma Susanti menjelaskan industri kreatif yang berkaitan dengan budaya memiliki peluang atau potensi yang cukup besar untuk bertahan di era disrupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar