Rabu, 19 Agustus 2020

Kelompok Sosial (Emile Durkheim-Solidaritas Mekanis dan Organis)

 Émile Durkheim

David Émile Durkheim atau yang lebih dikenal dengan Durkheim saja. Ia lahir 15 April 1858 dan meninggal pada 15 November 1917, tepatnya pada umur 59 tahun. Ia juga dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Pada tahun 1895, ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa, ia juga sempat menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabdikan kepada ilmu sosial, L'Année Sociologique pada 1896.

Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh, ayah dan kakeknya adalah Rabi (guru atau yang agung). Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya, banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.

Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat, suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

Dalam bukunya “Pembagian Kerja dalam Masyarakat” (1893), Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Para penulis sebelum dia seperti Herbert Spencer dan Ferdinand Toennies berpendapat bahwa masyarakat berevolusi mirip dengan organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada yang lebih kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit.

Namun, Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial, evolusionisme sosial, dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat ‘mekanis’ dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual – norma-norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim (6-4-13, 8:26 am)

Dalam masyarakat secara umum teori tersebut dikenal dengan solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Sebelum membahas apa yang itu solidaritas mekanis dan solidaritas organis, baiknya kita mengetahui dahulu tentang apa itu solidaritas sendiri. Dalam KBBI, solidaritas adalah sifat satu rasa (senasib, dan sebagainya), perasaan setiakawan (hal: 1082).

Sumber: Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Solidaritas adalah kesepakatan bersama dan bentuk dukungan: kepentingan dan tanggung jawab antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan tindakan kolektif untuk sesuatu hal.

Sumber: http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=4b360887c16b7127 (6-4-13, 8:40 am)

Solidaritas adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati, sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama. Atau bisa diartikan perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.

Dalam wikipedia, solidaritas memiliki arti integrasi, tingkat dan jenis integrasi, ditunjukkan oleh masyarakat atau kelompok dengan orang dan tetangga mereka. Hal ini mengacu pada hubungan dalam masyarakat, hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat satu sama lain. Istilah ini umumnya digunakan dalam sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Sumber: http://blog.uad.ac.id/rosmalina/2011/12/20/pentingnya-solidaritas-_/ (6-4-13, 8:41 am)

Solidaritas merupakan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh setiap orang sebagai anggota dalam suatu kelompok untuk mendukung satu tindakan atau suatu kesepakatan tertentu diantara anggota kelompok (masyarakat). Dengan lain perkataan, bahwa kata solidaritas merupakan kesepakatan bersama mengenai satu tindakan atau ide, yang pada akhirnya dapat mengarah pada ikatan emosional diantara anggota kelompok yang bersangkutan.

Dalam buku The Division of Labor in Society (1968), Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanis dan solidaritas organis.  Ia juga menunjukkan beberapa cirinya yang membedakannya.

Solidaritas mekanis merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang ia sebut dengan segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok-kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing kelomok dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri tanpa memerlukan bantuan atau kerjasama dengan kelompok luar. Masing-masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peranan yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja belum berkembang. Peranan semua anggota sama, sehingga ketidakhadiran seorang anggota kelompok tidak mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok karena peranan anggota tersebut dapat dijalankan oleh orang lain.

Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanis, yang diutamakan ialah persamaan perilaku dan sikap. Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim seluruh warga masyarakat diikat oleh apa yang dinamakan collective conscience- suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan  kelompok, dan bersifat ekstern serta memaksa. Sanksi terhadap pelanggaran hukum disini bersifat represif; barangsiapa melanggar solidaritas sosial akan dikenai hukuman pidana. Kesadaran bersama tesebut mempersatukan para warga masyarakat, dan hukuman terhadap pelanggar aturan bertujuan agar ketidakseimbangan yang diakibatkan oleh kejadian tersebut dapat dipulihkan kembali.

Solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks –masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antar bagian. Tiap anggota menjalankan peranan berbeda, dan diantara berbagai peranan yang ada terdapat kesalingtergantungan laksana kesalingtergantungan antara bagian-bagian suatu organism biologis. Karena adanya kesalingtergantungan ini maka ketidakhadiran pemegang peranan tertentu akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup masyarakat.

Pada masyarakat dengan solidaritas organis ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi collective conscience melainkan kesepakatan-kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok profesi. Disinipun hukum yang menonjol bukan lagi hukum pidana, malainkan ikatan hukum perdata. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan bersama maka yang berlaku ialah sanksi restitutif: si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada pihak yang menderita kerugian untuk mengembalikan keseimbangan yang telah dilanggarnya.

catatan: ini adalah file yang sudah lama tersimpan di hardisk.

Selasa, 18 Agustus 2020

Kelompok Sosial (Syarat)

Syarat Terbentuknya Kelompok Sosial

Sekumpulan orang dapat disebut sebagai kelompok sosial apabila memenuhi syarat berikut:

1)      Setiap anggota kelompok menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompoknya;

Kesadaran juga dapat dilihat dari atribut yang dikenakan. Contohnya: seseorang yang menjadi anggota kelompok social tertentu, akan mengenakan seragam atau atribut sesuai dengan kelompoknya.

2)      Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dan anggota yang lain

Perlu digarisbawahi bahwa dalam setiap kelompok terdapat pola hubungan timbal balik. Arti hubungan timbal balik yaitu tiap-tiap anggota saling berinteraksi secara sadar sebagai upaya untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan tertentu.

3)      Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan mereka bertambah erat.

Seperti kesamaan kepentingan, kesamaan tujuan, kesamaan ideology, dan lain-lain.

4)      Terdapat struktur, kaidah/norma dan pola perilaku;

Suatu kelompok tentunya memiliki ciri khusus yang menjadikannya berbeda dengan kelompok yang lain. Struktur dan norma kelompok merupakan elemen pembeda yang penting. Setiap kelompok memiliki norma/aturan yang berisi kaidah-kaidah yang bersifat mengatur perilaku para anggotanya hingga akhirnya terbentuklah pola perilaku tertentu yang menjadi ciri khas kelompok tertentu.

5)      Bersistem dan berproses

Suatu kelompok social mempunyai system masing-masing dalam menjalankan “roda pemerintahan” suatu kelompok. Misalnya; suatu kelompok social punya system penghormatan kepada orang lain berdasarkan ijazah. Sedang kelompok yang lain, karena kekuatan otot yang dimiliki oleh orang.
Selain itu, proses terbentuknya kelompok social secara umum adalah tidak sebentar. Melainkan melalui beberapa tahap tertentu.