Peristiwa ini bermula ketika saya dihubungi salah seorang teman yang sangat fasih dalam berbagai hal. Terutamanya dalam menulis. Terkadang saya sendiri heran dengan sosoknya suatu saat dia terlihat sedang asyik mengedit video, di saat yang lain terlihat asyik nyoting, di waktu lain lagi asyik wawancara, di jam-jam lain lagi asyik nulis, dan di saat lain ia asyik penelitian. Multitalent bener memang teman yang satu ini.
Seperti yang barusan tertera, bahwa saya telah dihubungi teman, ia menanyakan perihal blog yang sudah dibuat beberapa waktu kemarin. Ia menanyakan hal itu, sebab ingin melihat progres dari teman yang sudah saya kenalkan padanya beberapa bulan yang lalu. Ya.. memang sebelumnya saya pernah berkirim kabar padanya perihal membuat blog di HP. Dan tanggapannya, seperti biasa, "iya,bagus!lanjutkan..!!" (Kurang lebih seperti itu). Tak ku sangka ia menanyakannya.
Sejurus kemudian saya pun menanyakan perihal alamat blog yang pernah kami buat ke yang bersangkutan. Dan jawabannya adalah tanda tanya bagi benak saya alias dia tak merespon tanyaku.
Atas respon yang diberikan itu saya pun ndongkol banget, awalnya. Tapi setelah sekitar seminggu berikutnya kami bertemu,kedongkolan saya berubah 180 derajat. Ternyata dia tidak tahu cara mencari alamat blognya... (Hadeh...)
Dan yang membuatku berbalik 180 derajat lagi dari sebelumnya adalah ternyata dia tak nulis sepatah katapun dalam blognya. Terus selama ini apa yang dilakukan?? (Terheran sekaligus terkejut).
Melihat hal itu, respon pertama saya (secara otomatis) lho...kenapa g nulis? Ia pun menjawab, bingung mau nulis apa?! Ntar kalau g dibaca gimana? Ntar kalau salah gimana? Ntar kalau jelek gimana? Dan banyak lagi.
Mendengar sudut pandang itu, saya pun tersenyum. Ya... Hanya tersenyum, soalnya saya pun tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Hati kecil, saya harus tetap mensupport dia. Setelah memutar otak dan menanyakan kepada diri sendiri, saya pun memulai dengan pokoknya menulis. Jangan pedulikan hal lain, apalagi salah. Yang penting tidak menjadi provokator dan mengarah SARA.
Bagus dan baiknya tulisan itu tergantung kebiasaan. Mangkanya menulislah.
Seperti yang barusan tertera, bahwa saya telah dihubungi teman, ia menanyakan perihal blog yang sudah dibuat beberapa waktu kemarin. Ia menanyakan hal itu, sebab ingin melihat progres dari teman yang sudah saya kenalkan padanya beberapa bulan yang lalu. Ya.. memang sebelumnya saya pernah berkirim kabar padanya perihal membuat blog di HP. Dan tanggapannya, seperti biasa, "iya,bagus!lanjutkan..!!" (Kurang lebih seperti itu). Tak ku sangka ia menanyakannya.
Sejurus kemudian saya pun menanyakan perihal alamat blog yang pernah kami buat ke yang bersangkutan. Dan jawabannya adalah tanda tanya bagi benak saya alias dia tak merespon tanyaku.
Atas respon yang diberikan itu saya pun ndongkol banget, awalnya. Tapi setelah sekitar seminggu berikutnya kami bertemu,kedongkolan saya berubah 180 derajat. Ternyata dia tidak tahu cara mencari alamat blognya... (Hadeh...)
Dan yang membuatku berbalik 180 derajat lagi dari sebelumnya adalah ternyata dia tak nulis sepatah katapun dalam blognya. Terus selama ini apa yang dilakukan?? (Terheran sekaligus terkejut).
Melihat hal itu, respon pertama saya (secara otomatis) lho...kenapa g nulis? Ia pun menjawab, bingung mau nulis apa?! Ntar kalau g dibaca gimana? Ntar kalau salah gimana? Ntar kalau jelek gimana? Dan banyak lagi.
Mendengar sudut pandang itu, saya pun tersenyum. Ya... Hanya tersenyum, soalnya saya pun tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Hati kecil, saya harus tetap mensupport dia. Setelah memutar otak dan menanyakan kepada diri sendiri, saya pun memulai dengan pokoknya menulis. Jangan pedulikan hal lain, apalagi salah. Yang penting tidak menjadi provokator dan mengarah SARA.
Bagus dan baiknya tulisan itu tergantung kebiasaan. Mangkanya menulislah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar