INDRAMAYU - Desa Pecuk yang berada di Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat di 2 kilometer dari Pusat Kota Indramayu terbiasa dengan sunyi di kala pagi. Terlebih menjelang hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal hingga Tahun Baru.
Menariknya, masyarakat Desa Pecuk sebagian besar mengadu nasib di Ibu Kota, bukan menjadi pegawai atau buruh, namun mengadu nasib sebagai pengemis.
Sejak 1980, masyarakat di Desa Pecuk mulai memilih menjadi pengemis. Setiap pagi buta mereka pergi ke Ibu Kota dengan menaiki truk yang melewati desa mereka, kemudian mereka pulang minimal seminggu sekali ke kampung halaman.
Tak heran, kampung ini pun terkenal dengan kampung pengemis karena sebagian besar masyarakatnya memilih menjadi pengemis di Jakarta dan daerah lainnya.
Salah seorang warga setempat, Zaenal (60) menceritakan alasan kampungnya dijuluki sebutan itu, karena mayoritas penduduk di Desa Pecuk tergolong masyarakat miskin. Untuk itu, mayoritas masyarakatnya memilih menjadi pengemis .
Ia mengaku sekira 80 peren masyarakat di situ berprofesi menjadi pengemis di Ibu Kota Jakarta, mereka pergi ke Jakarta berbondong-bondong dengan menggunakan truk pengangkut yang biasa membawa mereka.
"Jadi, jangan heran jika di kampung ini sunyi dan sepi, pasalnya masyarakat di sini sebagian besar mengadu nasib di Jakarta," terangnya.
Ia menuturkan, mereka datang biasa sebulan sekali bahkan bisa setahun sekali, menjadi pengemis pun layaknya adat yang harus dilakukan secara turun temurun. Ketika orangtua mereka menjadi pengemis di Jakarta, maka anaknya pun mengikuti jejak orangtuanya.
Namun demikian, lanjut Zaenal, tidak sedikit, mereka yang berhasil. Indikator keberhasilan mereka bisa dilihat dari rumahnya. Jika dulu para warga hanya tinggal di gubuk reot dengan luas 2x3 meter, dari hasil mengemis tersebut, mereka bisa membangun rumah yang layak serta permanen. Bahkan mereka bisa membeli kendaraan pribadi seperti sepeda motor.
Akan tetapi, keasyikan mereka terhadap "dunia mengemis" membuat kesadaran mereka terhadap pendidikan masih rendah. Tak heran memang, mereka lebih memilih membangun rumah yang megah ketimbang menyekolahkan anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
"Tapi, memang tidak dipungkiri juga, ada sebagian (kecil) masyarakat yang sudah sadar akan pendidikan," ujarnya.
Data Dinas Sosial Kabupaten Indramayu menyebutkan jumlah gelandangan dan pengemis (gepeng) di Kabupaten Indramayu mencapai 3.187 orang, setiap tahunnya mengalami kenaikan sebesar 5 -10 persen. Sebanyak 3.187 gepeng terdiri dari 2.498 gelandangan dan 689 pengemis.
sumber: https://news.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar