Kearifan lokal membungkukkan badan dapat kita temui di beberapa negara. Salah satunya di negara kita, Indonesia. Kemudian ada Jepang dan Korea Selatan yang membudayakannya. Namun demikian, cara dan arti sikap tersebut memiliki arti yang berbeda antara masing-masing negara.
Di Indonesia, contohnya. Kearifan lokal ini cukup familiar dalam budaya Jawa seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kearifan lokal di wilayah-wilayah tersebut disebut dengan mlaku mbungkuk, maksudnya berjalan dengan gestur tubuh sedikit membungkuk ketika berjalan lewat di depan orang yang lebih tua.
Sikap dan perilaku tersebut sudah ada sejak zaman dulu. Maksud dari mlaku mbungkuk adalah mengajarkan anak-anak tentang tata krama dan sopan santun kepada orang yang lebih tua sehingga mereka memiliki rasa hormat.
Posisi badan saat melakukan mlaku mbungkuk adalah badan membungkuk ke bawah dengan posisi satu tangan lurus ke bawah dan satu tangn lainnya ke belakang seakan memegang pinggang (naun bukan berkacak pinggang). Pada umumnya, mlaku mbungkuk disertai dengan kalimat “nuwun sewu, amit” yang berarti mohon ijin untuk lewat.
Sementara itu, salah satu kearifan lokal Jepang juga membungkukkan badan. Gestur ini disebut dengan Ojigi. Budaya ini dilakukan orang Jepang dengan cara membungkukkan badan mereka saat bertemu dengan orang lain. Badan yang dibungkukkan biasanya berada pada rentang 15-45 derajat kemiringan.
Cara ini berbeda dengan orang Indonesia yang memilih bersalaman atau berjabat tangan ketika bertemu dengan orang lain. Bagi orang Jepang, kontak anggota tubuh dengan orang lain, terutama dengan orang yang belum dikenal, akan dianggap tidak sopan.
Gerakan Ojigi dilakukan dengan banyak tujuan. Di antaranya adalah untuk mengucapkan salam kenal, sambutan selamat datang, permintaan maaf, ungkapan rasa hormat, suasana formal, ucapan terima kasih, atau ekspresi perasaan.
Sumber: https://www.gramedia.com/best-seller
Tidak ada komentar:
Posting Komentar