Selasa, 25 November 2025

Karya Kelas XII-9, November 2025

Berikut karya dari kelas XII-9

karya 1

MODERNISASI USAHA KECIL DI DESA BOGOHARJO

Tempat: Desa Bogoharjo  

Tanggal: jum’ at  21 November 2025 

Narasumber: Mbak Ull 

Pewawancara: 1.Alfra Ramadhani (2) 

                        2.Eka Reno Febrianto (5) 

                        3.Intan Sely Novarina (10) 

                        4.Silvia Bilkis (26)


Dokumen Pribadi: warung mie ayam 

Bogoharjo:    Apa saja perubahan pada usaha  kecil di Desa Bogoharjo? Mungkin kita bisa menilainya dari teks ini. 

Observasi  kemarin  yang  kita  lakukan  di  desa  bogoharjo, Kabupaten Rembang  kita menemukan salah satu warung usaha kecil dari Mbak Ull yaitu seorang penjual Mie Ayam dan tentunya kalau ada makanan  berat  ada minumnya juga dong.

yang dulu katanya Mbak Ull hanya menjual mie ayam dan es teh dll. lalu, langsung berganti beberapa bulan menjadi menjual bakso saja. Alasannya  kenapa si Mbak Ull yang dulu menjual mie ayam dan minuman es teh dll.   kenapa  bisa  berganti menjadi menjual bakso?  Iya  betul,  tentunya  dikarenakan  sepinya pelanggan dan lokasinya yang berada di dalam desa. mbak Ull juga harus menyesuaikan minat selera masyarakat desa itu juga. 

Namun, setelah berganti menjual bakso, usaha Mbak Ull mulai menunjukkan perubahan yang  lumayan.  Menurut penjelasannya, masyarakat di Desa Bogoharjo  ternyata lebih menyukai mie ayam dibandingkan bakso. Selain  itu, mie ayam   dianggap  lebih cocok dijual di daerah  tersebut karena  di daerah tersebut lebih banyak  remaja dan orang dewasa yang menyukai mie ayam.  

 perubahan menu ini merupakan salah satu bentuk adaptasi usaha kecil terhadap selera masyarakat sekitar. Tidak hanya perubahan pada menu, warung Mbak Ull juga mengalami modernisasi sederhana. Jika dulu hanya mengandalkan  benner  saja, sekarang Mbak Ull menggunakan promosi melalui status WhatsApp untuk memberitahukan pembukaan warung, ketersediaan menu, dan pesanan yang sudah siap. Cara ini terbukti membantu menarik pelanggan dari beberapa lingkungan sekitar. 

Dokumen Pribadi: area warung 

Selain itu, Mbak Ull juga mulai menyediakan kemasan praktis seperti plastik untuk pesanan dibawa pulang agar lebih aman.  

Bahkan beberapa pelanggan muda memilih memesan lewat chat sebelum datang mengambil pesanan.   

Hal ini menunjukkan bahwa teknologi digital mulai dimanfaatkan, meskipun secara sederhana. 

Dokumen Pribadi : Mie ayam

Perubahan-perubahan tersebut membuktikan bahwa usaha kecil di Desa Bogoharjo pun dapat berkembang mengikuti kebutuhan zaman dan minat masyarakat. 

Meskipun berada di lingkungan pedesaan, pelaku usaha seperti Mbak Ull tetap berusaha menyesuaikan diri agar usahanya tetap berjalan dan mampu bersaing dengan penjual lain yang mungkin berada diluar desa. 

Perubahan usaha Mbak Ull tidak berhenti sampai di situ. Setelah beberapa waktu berjualan bakso, ternyata selera masyarakat kembali berubah. Banyak warga, terutama pelanggan lama  yang mengatakan bahwa mereka lebih rindu dengan mie ayam buatan Mbak Ull dibandingkan baksonya.  

Melihat kondisi tersebut, Mbak Ull akhirnya memutuskan kembali menjual mie ayam di era sekarang.  

Menurut penjelasan Mbak Ull, keputusan kembali ke menu awal ini adalah bentuk adaptasi usaha kecil terhadap perkembangan zaman dan minat masyarakat. Ia menyadari bahwa agar usaha tetap berjalan, ia harus lebih peka terhadap selera pelanggan. 

Perjalanan usaha Mbak Ull dari mie ayam → bakso → kembali ke mie ayam menunjukkan bahwa usaha kecil di Desa Bogoharjo pun mengalami dinamika dan modernisasi, meskipun dilakukan secara sederhana. Perubahan menu, promosi digital, dan penyesuaian selera menjadi bukti bahwa pelaku usaha di desa pun mampu berkembang mengikuti kebutuhan zaman.  Demikian, terima kasih kepada Mbak Ull  yang telah memberikan informasi dan kesempatan kepada kami untuk melakukan observasi di warungnya. Semoga usaha yang dijalankan dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi pelaku usaha kecil lainnya di Desa Bogoharjo. 

Kami juga berharap hasil observasi  ini  dapat  bermanfaat sebagai pembelajaran bahwa perubahan dan modernisasi sangat penting untuk mempertahankan usaha di era sekarang.


karya 2

HASIL OBSERVASI

Jl.Dr.Soetomo,Leteh,kec.Rembang

(SEBAGAI TUGAS SOSIOLOGI 2025)

Leteh merupakan salah satu kelurahan yang menjadi salah satu tempat yang banyak terdapat penjual pedagang kaki lima ataupun tempat-tempat makan lainnya seperti :

  1. Nyoklat
  2. Gacoan ✅
  3. penyetan
  4. mie ayam ceker
  5. Gambleh
  6. Rujak
  7. Pisang Gembung
  8. Pentol Kemringet,dll

Ketika kita melewati jalanan kelurahan Leteh pasti tidak asing lagi dengan tempat makan yang sedang viral dan baru buka di kabupaten Rembang yaitu Gacoan.Tentu saja di kalangan zaman sekarang anak-anak,remaja,bahkan orang dewasa sangat menggemari olahan mie tersebut, apalagi dengan harga murah dan fasilitas tempat yang memadai,bahkan saat baru membuka cabang di Rembang antrean panjang sampai halaman parkir depan.

Banyaknya konten tentang Gacoan di media sosial membuat Gacoan tersebar luaskan dan bahkan sudah memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia.Apalagi dengan penempatan yang strategis di wilayah Rembang yang berada di jalan Dr.soetomo yang ramai pengguna jalan.

Gacoan terkenal dengan menu utamanya yaitu mie pedas dengan tingkat level kepedasan yang bisa kita tentukan saat memesan.

 

Dokumen pribadi : Makanan Gacoan

Gacoan memang sekarang menjadi trend di masyarakat,tetapi itu tidak berpengaruh besar pada kuliner atau makanan-makanan yang sudah kama ada dan terjual di sekitar gacoan

seperti yang di jual oleh beberapa pedagang kaki lima lainnya di daerah Leteh.

Dengan adanya gacoan bukan berarti makanan lainnya tidak di konsumsi lagi,masih banyak tempat-tempat makan yang ramai saat dibukanya Gacoan seperti mie ayam ceker dan warung penyetan yang ada di samping dan depan Gacoan.

Dengan demikian observasi yang dilakukan oleh kelompok kami dengan merujuk pada objek yaitu tempat makan (Gacoan) yang sedang trend di masyarakat.

Terimakasih


karya 3
MODERNISASI USAHA KECIL DI DESA SEREN KULON
Tempat: Desa seren kulon 
Tanggal: Jum’at , 21 November 2025 
Narasumber: ibu Rubby  
Pewawancara: 1. Afito Bintang Nugroho (1) 
2. Elysa Nur Aini (6)

Dokumentasi pribadi: warung es tea dan  berbagai variasi es  jus  

Seren kulon: apa saja perubahan pada usaha kecil di desa seren kulon? Mungkin kita bisa menilainya dari teks di bawah ini. 
Observasi kemarin yang kita lakukan di desa seren kulon, kabupaten Rembang kecamatan sulang kita menemukan salah satu warung usaha kecil yang bernama ibu Rubby seorang penjual tea dan berbagai variasi jus yang dia jual di depan halaman sekolah SMP negeri 2 sulang. 
Yang dulu katanya ibu Rubby ingin menjual minuman es  tea dulu di karenakan banyak anak-anak kecil maupun orang dewasa dan juga anak sekolah pada suka minum es tea dan semakin kesini selalu laris setiap hari adanya buka usaha kecil warung es tea.  
Dulu ibu Rubby sebagai seorang guru yang sedang mengajar di sebuah sekolah SMP negeri 2 sulang saja dan belum ada kepikiran untuk membuka usaha kecil seperti menjual minuman es tea dan berbagai variasi es jus.
Semenjak itu ibu Rubby memikirkan untuk membuka usaha warung kecil seperti menjual minuman es tea dan berbagai variasi es jus dan dia mengumpulkan uang nya untuk modal membuka usaha kecil lalu habis mengumpulkan uang untuk modal membuka warung kecil seperti menjual minuman es tea dan berbagai variasi es jus yang dia jual. 
Habis itu ibu Rubby sudah membuka warung kecil seperti menjual minuman es tea dan berbagai variasi es jus di depan halaman SMP negeri 2 sulang sebelah desa seren kulon lalu ibu Rubby mencari karyawan untuk menjaga usaha warung kecil itu agar bisa membantu orang yang sedang membutuhkan pekerjaan lalu habis mendapatkan seorang karyawan ibu Rubby fokus untuk mengajar di kelas nya sebagai petugas seorang guru. 
Namun, ibu Rubby habis membuka usaha warung kecil minuman es tea yang selalu laris itu setiap hari, ibu Rubby memiliki pikiran untuk menjual berbagai variasi es jus seperti jus mangga , jus jambu dan masih banyak lagi banyak anak sekolah pada beli es nya setelah jam sekolah sudah selesai pada beli es jus nya dan juga pada beli es tea nya semakin laris setiap hari.
Ibu Rubby lalu menambahkan aneka jajanan ringan seperti krupuk pedas dan masih banyak lagi variasi jajanan nya itu untuk menambahkan suatu jualan nya agar lebih mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi agar bisa membantu kebutuhan nya ibu Rubby dan juga karyawan yang dia tolong itu. 
Dokumentasi pribadi: sebuah minuman es jus mangga

Selain itu ibu Rubby menyediakan variasi minuman es jus buah mangga dan masih banyak lagi variasi es jus. 
pada itu ibu Rubby menambahkan sebuah variasi es jus buah agar lebih lengkap jualannya itu semuanya anak sekolah pada suka mampir di warung nya untuk membeli berbagai variasi es jusnya.
Seorang wali tua nya murid pada jemput anaknya sekolah selalu membeli berbagai variasi es jusnya jusnya ada juga yg membeli es teanya.
Setiap pagi ibu Rubby dan juga karyawan nya membuka warung nya agar semuanya anak dan semuanya orang bisa membeli esnya. 
Ibu Rubby membuka warung nya setiap pagi pada jam 10 sampai sore pada jam 4 kalau bersama karyawan nya sampai jam setengah 5. 

Ibu Rubby selalu membuat berbagai variasi minuman es tea untuk melengkapi menu nya.
Setelah itu ibu Rubby sudah membuat minuman es tea agar lebih semua orang pada membeli nya. 
Semakin laris nya sebuah minuman es tea ibu Rubby mendapatkan keuntungan usahanya yang di buat itu dan juga bisa membayar karyawan nya itu yang sedang bekerja bersama ibu Rubby. 
Setelah laris nya minuman es tea dan berbagai variasi es jus nya yang dia jual itu selalu laris setiap hari dan ibu Rubby memiliki pikiran untuk menambahkan aneka jajanan di suatu dagangan nya itu
Dokumentasi pribadi: sebuah variasi aneka jajanan ringan  
 
Ibu Rubby menambahkan jualan nya dengan variasi aneka jajanan ringan itu. 
Setiap sepulang sekolah semua anak untuk membeli aneka jajanan ringan itu agar bisa menikmati suatu aneka jajanan ringan itu.  
Ibu Rubby selalu menambahkan stok jajanan ringan itu lebih banyak lagi semua anak kecil pada suka membeli jajanan ringan itu. 
Setelah menambahkan aneka jajanan ringan dan juga minuman es tea dan berbagai variasi es jus buah nya semakin laris setiap hari nya  
Ibu Rubby bersyukur banget oleh membuka usaha warung kecil nya dan juga bisa membantu karyawan nya itu.  
Sekian banyaknya stok aneka minuman dan juga berbagai variasi aneka jajanan ringan itu yang di jual oleh ibu Rubby.
Perjalanan usaha ibu Rubby dari minuman es tea, minuman es jus buah, dan juga aneka jajanan ringan yang menunjukkan bahwa usaha kecil di sebelah desa seren kulon menunjuk arah ke sekolahan depan halaman SMP negeri 2 sulang dan terjadi suatu pengalaman dinamika dan modernisasi, meskipun dilakukan secara sederhana. Dan juga penyelesaian selera akan menjadi bukti bahwa di suatu pelaku yang sedang membangun usaha kecil nya di sebelah seren kulon arah menunjuk sekolahan depan halaman SMP negeri 2 sulang yang mampu berkembang mengikuti kebutuhan pada zaman sekarang.
Demikian, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Rubby yang telah memberikan informasi dan kesempatan waktu nya kepada kamu untuk melakukan observasi di sebuah warung nya di depan halaman SMP negeri 2 sulang itu. Semoga usaha nya yang dijalankan ibu Rubby dapat terus berkembang lebih maju setiap hari dan juga bisa memiliki inspirasi bagi semua pelaku usaha kecil lainnya di sebelah seren kulon menunjuk ke arah sekolahan depan halaman SMP negeri 2 sulang. Kami juga berharap hasil observasi nya ini bisa mendapatkan manfaatnya sebagai seorang pembelajaran bahwa suatu perubahan dan modernisasi yang sangat lebih penting untuk lebih mempertahankan usaha nya di suatu era sekarang.

karya 4
HASIL OBSERVASI PASAR REMBANG PEDAGANG SAYUR
NAMA KELOMPOK :

1.       PRISCA MAULIDDINA (19)

2.       ROSALINA ARIANTI (23)

3.       SITI RAHMATUL HIDAYAH (29)

4. WILLIANA DIAH AYU NOVITA SARI (34)

DOKUMEN PRIBADI:PEDAGANG SAYUR

Perubahan Sosial di Pasar Rembang: Kisah Pedagang Sayuran Bernama Ibu jum

Di tengah ramainya aktivitas di Rembang, pasar tradisional juga ikut berubah mengikuti perkembangan zaman. Salah satu yang merasakan perubahan itu adalah bu Jum, seorang pedagang sayuran yang sudah lama jualan di Pasar Rembang. Cara Bu Jum berdagang sekarang sudah jauh berbeda dibanding beberapa tahun lalu.

Kalau dulu bu Jum cuma mengandalkan pembeli yang datang langsung ke lapaknya, sekarang ia mulai aktif menerima pesanan lewat WhatsApp. Katanya, “lebih cepat dan ngirit waktu,” karena banyak pelanggan yang sudah langganan minta dikirimi foto harga sayur setiap pagi. Dengan cara itu, hubungan antara pedagang dan pembeli jadi nggak cuma tatap muka, tapi juga lewat chat. bu Jum merasa teknologi bikin jualan lebih gampang, meskipun tetap capek karena harus balas pesan sambil melayani pembeli di lapak.

 Persaingan di pasar juga semakin terasa. Munculnya toko modern yang menjual sayuran segar bikin pedagang seperti bu Jum harus lebih kreatif. Dia kini menata sayuran biar terlihat lebih rapi, menjaga kesegaran dengan rajin menyiram sayur, dan memberi harga yang fleksibel sesuai kondisi pasar. Menurut bu Jum, pembeli sekarang lebih teliti, jadi pedagang juga harus meningkatkan kualitas kalau mau tetap ramai.

Dari segi ekonomi,bu Jum mengaku pendapatannya sering naik turun. Kalau musim hujan dan pasokan sayur lagi sedikit, harga naik dan pembeli suka ngeluh. Tapi kalau sayuran lagi melimpah, harga turun dan untungnya jadi kecil. Meski begitu, sekarang Jum lebih pintar mengatur modal, nggak asal beli banyak, dan selalu mencatat pengeluaran harian supaya uangnya nggak cepat habis.

Perubahan juga terlihat pada kondisi fisik pasar. Setelah ada perbaikan los sayur dan area parkir yang lebih tertib, bu Jum merasa lebih nyaman jualan. Pasar yang makin bersih bikin pembeli lebih betah, dan otomatis membantu pedagang kecil seperti dirinya.

Meskipun banyak hal berubah, bu Jum tetap mempertahankan kedekatannya dengan pelanggan. Ia sering memberi harga sedikit lebih murah kalau pembeli terlihat benar-benar butuh. Buat bu Jum, jualan di pasar bukan cuma soal uang, tapi juga soal menjaga hubungan baik dan jadi bagian dari kehidupan masyarakat sekitar.

Secara keseluruhan, perubahan sosial di Pasar Rembang terlihat jelas dari cara pedagang seperti bu Jum beradaptasi dengan zaman. Meskipun teknologi dan persaingan terus berkembang, pedagang sayuran tetap punya peran penting dalam menghidupkan pasar tradisional dan memenuhi kebutuhan warga setiap hari.

 

karya 5

Gethuk

Nama Kelompok:

1.      Anisa Hidayatul R (04)

2.      Muhammad Akbar F (14)

3.      Siska Juliana (27)

4.      Syifa Amelia A (31)

Dokumen Pribadi: Penjual Gethuk

Ada satu jajanan yang menurut kalian sangat tidak asing. Yaitu gethuk, iya gethuk makanan sederhana yang berbahan dasar dari singkong, mungkin terlihat biasa saja namun gethuk memiliki rasa manis dan warna yang sangatlah unik.

Awalnya kami tidak terlalu akrab dengan jajanan ini. Tapi ternyata setelah mencari tau, ternyata jajanan gethuk ini sangat terkenal waktu dulu atau pada zaman dulu.

Kami mulai memperhatikan gethuk yang dulu jadi jajanan yang disukai oleh banyak orang sebelum adanya jajanan kemasan seperti sekarang ini.

Menurut salah seorang pedagang gethuk bernama ibu sri yang sudah bertahun tahun berdagang dipasar Rembang, gethuk dulunya adalah caemilan favorit banyak orang dari anak-anak hingga orang dewasa. Karena, rasa manis singkong yang diberi taburan parutan kelapa membuat anak-anak  dan orang dewasa menyukai gethuk /ketagihan.

Berbeda dengan zaman sekarang. Kini ada bermacam-macam jajanan modern—cokelat, kue kekinian, minuman boba, es krim. Semua bisa ditemukan di minimarket, bahkan di pelosok desa. Banyak anak sekarang bahkan tidak terlalu mengenal makanan tradisional.

Padahal kalau dipikir, dulu masyarakat tidak khawatir soal jajanan. Hampir semua makanan dibuat sendiri dari bahan alami yang aman dikonsumsi. Termasuk gethuk: singkong, gula merah, sedikit kelapa parut, dan tanpa bahan tambahan lainnya. Zaman dulu, jajanan sederhana malah menjadi pengganjal perut.

Ternyata proses pembuatan ghetuk masih sama sampai sekarang. Singkong dikupas, direbus hingga empuk, kemudian ditumbuk halus. Setelah itu dicampur dengan gula merah atau gula pasir, dan terakhir diberi taburan kelapa parut. Ada juga versi yang dibentuk kotak panjang dan diberi pewarna alami agar lebih menarik. Pedagang lalu memotong gethuk menjadi beberapa bagian, membungkusnya dengan mika, dan siap dijual.

Dokumen Pribadi: Gmbar Gethuk

Beralih ke bentuknya, gethuk tetap dipertahankan sederhana. Ada yang dicetak kotak, ada yang dibulatkan, ada yang disusun seperti persegi panjang lalu dipotong-potong rapi. Tidak ada bentuk mewah namun cuma kemasan sedikit berbeda dulu masih menggunakan dedaunan sekarang sudah pakai mika.

Pagi itu menjadi pengalaman yang cukup menyenangkan dan bermanfaat bagi kami. Terima kasih untuk ibu penjual gethuk yang bersedia saya ajak berbincang. Semoga beliau selalu diberi kesehatan dan tetap semangat menjual gethuk agar makanan tradisional ini tidak hilang ditelan zaman.

Semoga pengalaman sederhana ini menjadi pengingat bahwa makanan tradisional punya cerita, kenangan, dan nilai budaya yang layak dipertahankan.

Terima kasih, semoga bermanfaat.


karya 6

ARTIKEL OBSERVASI DESA PULO

Nama kelompok :

1.      Jonairanda mahardika (12)

2.      Lailatuz zuhroh (13)

3.      Safira Azahra lestari (24)

4.      Wildan firmanta (33)

Desa Pulo: yang terletak kota Rembang, Kabupaten Rembang, kecamatan Rembang. Desa Pulo berada di jl. Demang waru, Desa ini memiliki 4 kelurahan yaitu Desa Pulo sendiri , Desa Bandang , Desa Ngrandu Pulo , Desa Sugihan. Mari kita melihat ada apa saja di Desa Pulo !!
Desa Pulo kebanyakan rumah penduduknya dipinggiran jalan, dan disalah satu rumah tersebut ada seorang penjual serabi. Serabi tersebut berada di pinggir jalan dekat pertigaan Pulo.
Gambar 1.1 tempat penjualan serabi

Apakah itu serabi?apakah kalian tidak asing dengan kata “serabi” .

Serabi merupakan kue tradisional Indonesia yang terbuat dari adonan tepung beras, santan, dan terkandung gula. Kue ini dimasak dalam cetakan kecil berbentuk bulat dan pipih, menghasilkan tekstur lembut di tengah dan pinggiran yang renyah.
Gambar 1.2 Serabi dan pembuatan
Serabi biasanya dikasih parutan kelapa ditengah- tengah antara serabi nya . Tetapi sekarang serabi jarang di dijual kalau dijual pun terkadang jualan nya saat fajar sekitar jam 03.00. Dulunya serabi di buat atau dipanggang dengan kayu tetapi sekarang memakai kompor dan di kasih butter dan namanya pun diganti menjadi serabi gantol dengan taburan gula pasir diatasnya.

Demikian hasil observasi dari kelompok saya jika ada salah kata atau penulisan kata kurang tepat mohon maaf.semoga makanan tradisional ini masih ada dan tidak punah.

Terima kasih.


karya 7

PENEMUAN JANGKAR DI DESA GEGUNUNG WETAN

Nama kelompok :

Janisya ekananta rerani (11)

Naysella hilma ayunina (17)

Nonita fitriana (18)

Shyfa feby setianugraha (25)

Gambar 1.1 Penemuan Jangkar Raksasa di Rembang (https://share.google/images/YVZChrCeFlW27rvCs)

Dokumen Pribadi Penemuan Dua Jangkar

Penemuan jangkar pertama bermula ketika seorang nelayan penjaring kursin mendapati jaringnya tersangkut benda besar di dasar laut. Karena tidak bisa diangkat, ia memanggil penyelam untuk mengecek apa yang membuat jaring itu nyangkut. Setelah diselami, ternyata benda tersebut adalah jangkar raksasa. Penemuan ini kemudian disampaikan kepada warga, dan Bapak Rastim adalah orang yang pertama kali dianggap sebagai penemu karena beliaulah yang menemukan dan memastikan bahwa benda besar itu benar-benar sebuah jangkar.

Untuk mengangkat jangkar itu ke daratan, warga berkumpul dan bekerja sama. Lebih dari seratus orang ikut menarik hingga akhirnya jangkar tersebut berhasil dinaikkan. Setelah itu, warga sepakat membuat tempat khusus agar jangkar itu dapat terjaga dan tidak rusak.

Beberapa waktu kemudian, terjadi lagi penemuan kedua. Jangkar raksasa lain ditemukan oleh Bapak Rastim di wilayah utara Taman Kartini, sekitar dua mil dari bibir pantai. Saat sedang melakukan penyelaman bersama beberapa warga, beliau kembali menemukan sebuah jangkar besar yang tenggelam di dasar laut. Proses pengangkatannya juga melibatkan banyak warga Desa Gegunung Wetan. Dengan kerja sama dan tenaga banyak orang, jangkar kedua akhirnya berhasil dibawa ke daratan. 

Dua penemuan ini menjadi salah satu kisah yang cukup dikenal di desa karena menunjukkan kuatnya semangat gotong royong warga. Selain itu, penemuan ini juga menimbulkan banyak pertanyaan mengenai asal-usul kedua jangkar tersebut dan sejarah apa yang mungkin pernah terjadi di perairan sekitar desa. Hingga kini, kedua jangkar itu masih disimpan dan dijaga sebagai bagian dari cerita lokal Desa Gegunung Wetan.

Demikian artikel observasi dari kelompok kami. Apabila ada kesalahan penulisan, kami mohon maaf. Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan mengenai salah satu peristiwa unik yang pernah terjadi tepatnya di Desa Gegunung Wetan, Rembang, Jawa Tengah.

 







Karya Kelas XII-8, November 2025

karya 1

ALAT PEMBAJAK SAWAH

11 November 2025

Pagi itu saya kembali melakukan pengamatan di Dusun Bogoharjo. Cuaca cerah, langit berwarna biru lembut, dan angin pagi terasa sejuk. Dari kejauhan saya kembali mendengar deru mesin traktor yang sudah mulai bekerja sejak matahari belum terlalu tinggi. Suara itu kini menjadi hal yang sangat biasa di desa kami, berbeda dengan dulu ketika yang terdengar hanyalah ringkikan kerbau atau langkah pelan sapi di lumpur.

Ketika saya tiba di area persawahan dekat sungai kecil desa, saya melihat Pak Suyatno sedang duduk beristirahat sambil memantau traktor yang disewa untuk membajak lahan miliknya. Beliau bercerita bahwa dulu, jika menggunakan kerbau, ia harus memulai pekerjaan sejak subuh agar tanah selesai dibajak menjelang sore. Sekarang, ia hanya perlu memastikan traktor bekerja dengan benar dan sisanya dikerjakan oleh operator mesin.

Menurut pengalaman saya mengamati kehidupan petani di Bogoharjo, perubahan ini tidak hanya memengaruhi cara kerja tetapi juga pola aktivitas sehari-hari warga. Misalnya, para petani yang dulu harus mempersiapkan pakan kerbau dari rumput setiap pagi, kini tidak perlu melakukan pekerjaan ekstra itu. Waktu mereka menjadi lebih banyak digunakan untuk merawat tanaman, memperbaiki pematang, atau bahkan kegiatan di rumah yang sebelumnya sering diabaikan.

Ketika saya berjalan menyusuri pematang, saya melihat beberapa warga lanjut usia sedang duduk sambil bercerita. Mereka mengenang masa ketika membajak memakai kerbau adalah bagian dari kehidupan yang penuh kebersamaan. “Biyen iso podo gotong royong. Yen kerbo kesel, gantian karo tangga,” kata salah satu dari mereka. Namun, mereka juga mengakui bahwa zaman sudah berubah dan teknologi membawa kemudahan yang besar.

Tepat di sebelah sawah, beberapa anak kecil sedang bermain layangan. Mereka terlihat tidak begitu tertarik pada kerbau atau alat tradisional lain, karena bagi mereka pemandangan traktor adalah hal yang lumrah sejak kecil. Saya sempat berpikir bahwa generasi sekarang mungkin tidak akan merasakan bagaimana rasanya melihat petani berjuang menuntun kerbau di tengah lumpur tebal.

Menjelang siang, traktor menyelesaikan pekerjaannya dan operator mematikan mesin. Tanah sawah terlihat halus, rata, dan siap untuk ditanami. Perubahan ini jelas membawa banyak manfaat bagi petani Bogoharjo: pekerjaan lebih ringan, waktu lebih efisien, dan hasil pembajakan lebih merata.

Dari pengalaman saya mengamati langsung, kemajuan teknologi pertanian seperti traktor telah memberikan dampak besar pada pola kehidupan dan produktivitas masyarakat desa. Meski beberapa tradisi dan kenangan masa lalu mulai ditinggalkan, para petani tetap bersyukur karena pekerjaan mereka kini menjadi lebih mudah.


karya 2


karya 3

GAME ONLINE

Pernahkah Anda melihat sekelompok anak berkumpul tetapi bukan sedang bermain permainan tradisional? Mereka duduk melingkar, menatap layar ponsel masing-masing, sesekali tertawa atau berteriak kecil ketika menang ataupun kalah. Itulah yang saya amati sore ini di Desa Sidowayah, RT 1 RW 3: anak-anak yang asyik bermain game online setelah selesai mengaji.

Fenomena ini sebenarnya bukan hal baru. Dalam beberapa tahun terakhir, permainan digital semakin mudah dijangkau oleh semua kalangan. Beberapa warga sekitar mengatakan bahwa anak-anak sekarang lebih mengenal game online dibandingkan permainan tradisional yang dulu sering dimainkan, seperti gobak sodor, petak umpet, atau engklek. “Saiki wes jamane Hp,” ujar salah satu bapak yang saya temui sambil melihat anak-anak itu berkumpul dengan tenang sambil memegang ponsel.

Menurut pengamatan saya, anak-anak yang bermain ini biasanya berkumpul di depan sebuah warung kecil dekat tempat mengaji. Setelah kegiatan mengaji selesai, beberapa dari mereka tidak langsung pulang. Mereka duduk bersama, lalu memulai permainan bareng dengan menyambungkan hp mereka masing masing pada wifi yang tersedia di salah satu rumah. Aktivitas ini sudah menjadi rutinitas dan menjadi salah satu hiburan utama bagi mereka.

Dari sudut pandang sosiologi, kegiatan ini menarik untuk diperhatikan. Walaupun fokus mereka berada pada layar ponsel, interaksi sosial tetap berlangsung. Mereka saling memberi saran, saling menggoda, bekerja sama dalam tim, bahkan berdiskusi strategi. Ini menunjukkan bahwa teknologi tidak menghilangkan hubungan sosial, tetapi mengubah bentuk dan caranya.

Namun, ada perubahan budaya yang terasa. Kegiatan bermain tradisional hampir tidak terlihat lagi di lingkungan ini. Tidak ada suara anak berlarian mengejar teman seperti dulu. Yang terdengar kini hanyalah suara game dan tawa kecil ketika mereka bermain bersama. Hal ini memperlihatkan adanya pergeseran budaya bermain anak, dari aktivitas fisik ke aktivitas digital.

Bentuk kebersamaan mereka juga berubah. Jika dulu anak-anak cenderung aktif bergerak, kini mereka duduk berdekatan dengan fokus masing-masing, tetapi masih berada dalam satu kelompok sosial. Ini menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi memengaruhi pola interaksi dan dinamika pergaulan anak di desa.

Pengamatan sore ini memberikan gambaran bahwa dunia bermain anak-anak kini tidak hanya berada di lapangan, halaman rumah, atau jalan desa, tetapi juga di ruang virtual yang mereka akses melalui internet. Meskipun medium bermain berubah, semangat kebersamaan tetap ada dalam bentuk yang baru.

Nama Kelompok

  1. Aniq Diyaan Aizzani(3)
  2. Anisa Widya Arsita (4)
  3. Naufal Harits Abdurrahman (18l
  4. Tekysa Putri Ananda (32)

karya 4

Globalisasi dan Perubahan Sosial Desa Gegunung Wetan

Globalisasi membawa banyak perubahan di Desa Gegunung Wetan, Rembang, Jawa Tengah. Di bidang ekonomi, para nelayan rajungan kini mulai menggunakan kapal dan alat tangkap yang lebih modern, sehingga hasil tangkapan menjadi lebih banyak dan proses kerjanya lebih cepat. Hasil rajungan yang dulu hanya dipasarkan di sekitar desa, kini dapat dikirim ke luar daerah karena adanya jaringan distribusi dan permintaan dari industri pengolahan. Perkembangan ini meningkatkan pendapatan sebagian warga meskipun harga rajungan sering berubah mengikuti kondisi pasar nasional.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak warga terutama ibu-ibu bekerja sebagai pengupas rajungan. Mereka mendapat pesanan dari pengepul atau pabrik, dan hasil kupasan kemudian diproses lebih lanjut untuk kebutuhan industri. Pekerjaan mengupas rajungan ini menjadi sumber pendapatan penting bagi masyarakat desa, serta menunjukkan bagaim 

Selain itu, sektor transportasi di desa semakin berkembang dengan akses jalan yang lebih baik, sehingga memudahkan pengiriman hasil tangkapan serta mobilitas warga. Sementara itu, dunia pendidikan juga ikut terdampak globalisasi melalui kemudahan akses inf ormasi dan program-program pelatihan yang masuk ke desa.

Salah satu peristiwa menarik yang terjadi di desa ini adalah penemuan sebuah jangkar besar oleh para nelayan. Jangkar tersebut ditemukan saat warga melaut, diduga berasal dari kapal tua yang sudah lama tenggelam. Temuan ini menarik perhatian masyarakat karena dianggap sebagai bukti sejarah aktivitas pelayaran dan perdagangan yang dahulu pernah berlangsung di perairan Rembang. Penemuan tersebut menambah wawasan tentang kekayaan maritim di wilayah tersebut. 

Secara keseluruhan, globalisasi membuat Desa Gegunung Wetan semakin terbuka terhadap perkembangan dunia luar. Perubahan di bidang ekonomi, pekerjaan, dan transportasi mendorong masyarakat untuk terus beradaptasi, namun desa tetap menyimpan sejarah lokal yang penting seperti penemuan jangkar besar yang menjadi bagian dari identitas maritimnya. 

Nama Anggota:

1. Choirna Nur Madini (6) 

2. ⁠ Kelvin Dwi Saputra (10)

3. ⁠ Marsha Dwi Cahyani (12)

4. ⁠ Siti Wijiyawanti (30) 

karya 5

Laporan Observasi Dampak Globalisasi

Observasi Desa Tasikagung

Disusun oleh:

  1. Nurriska Ardina Aulia (22)
  2. Safiira Nur Aulia P. S. (28)
  3. Tasya Putri Shofia (31)
  4. Zaskia Vedayana (35)


hari 1

Pada hari pertama, kami datang ke wilayah pesisir Desa Tasikagung pada pagi hari. Suasananya ramai karena banyak nelayan baru saja selesai melaut. Kami melihat mereka menurunkan hasil tangkapan seperti ikan kembung, tongkol, dan udang dari perahu-perahu kecil yang berjejer di pinggir pelabuhan.

Salah satu nelayan yang kami temui adalah Pak Rudi. Beliau menjelaskan bahwa sekarang proses jual beli ikan menjadi lebih mudah karena adanya grup WhatsApp khusus antara nelayan dan pedagang. Nelayan tinggal mengirim foto hasil tangkapan, lalu pembeli bisa langsung memesan. Ini menunjukkan bahwa globalisasi sudah masuk ke sektor komunikasi dan mempercepat aktivitas ekonomi masyarakat.

Kami juga melihat beberapa ibu-ibu yang sedang membersihkan ikan sambil memfoto dagangannya untuk diposting ke marketplace lokal dan grup Facebook. Mereka bercerita bahwa banyak pembeli dari kecamatan sebelah melakukan pemesanan melalui online dan mengambil barangnya pada sore hari. Media sosial benar-benar mempermudah pemasaran produk laut.

Pada sore hari, kami melihat sekelompok remaja sedang mengedit video drone yang mereka rekam dari pantai. Katanya video itu akan dipakai untuk mempromosikan wisata lokal desa. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi modern sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak muda di sana.

Menjelang matahari terbenam, suasana pelabuhan semakin ramai oleh anak-anak muda yang nongkrong sambil menikmati sunset. Mereka duduk di pinggir dermaga, ngobrol santai, dan beberapa memotret pemandangan untuk diunggah ke media sosial. Kegiatan ini memperlihatkan perpaduan antara gaya hidup modern dengan aktivitas khas masyarakat pesisir.

Hari 2

Di hari kedua, suasana di Tasikagung terasa lebih tenang. Banyak warga yang fokus mengolah hasil tangkapan hari sebelumnya. Kami melihat beberapa warga menjalankan usaha pengasapan ikan secara tradisional menggunakan tungku kayu dan bambu. Walaupun prosesnya masih sederhana, pemasaran produk mereka sudah modern.

Kami sempat berbincang dengan Bu Rina, seorang pengusaha pengasapan ikan. Ia mengatakan bahwa banyak pelanggan yang memesan lewat pesan instan atau grup Facebook, sehingga ia tidak hanya bergantung pada pengunjung yang datang langsung. Bahkan ada pelanggan dari desa lain yang memesan terlebih dahulu secara online sebelum mengambil produknya. Ini menjadi bukti bahwa globalisasi sudah mempengaruhi cara warga menjual produk.

Selain itu, di pinggir pantai kami melihat anak-anak bermain sambil menggunakan ponsel. Ada yang nonton YouTube dan ada yang bermain game, sementara orang tua mereka sibuk merapikan jaring. Ini menunjukkan bahwa budaya digital sudah sangat melekat pada kehidupan masyarakat, termasuk anak-anak. Menjelang sore, beberapa remaja terlihat membantu orang tuanya memotret dan merekam proses pengolahan ikan untuk diunggah ke media sosial sebagai bentuk promosi usaha keluarga.

Sama seperti hari sebelumnya, pelabuhan kembali dipenuhi anak-anak muda yang datang untuk nongkrong dan menikmati sunset. Mereka duduk-duduk di tepi dermaga, berbincang santai, sambil menyaksikan matahari tenggelam di balik laut. Suasananya terasa hangat dan menyenangkan. 


karya 6

Pada suatu sore di Desa Pengkol, saya melakukan observasi di lapangan desa. Lapangan tersebut memiliki gawang besar yang biasa digunakan untuk pertandingan resmi. Namun, sore itu terlihat segerombolan anak-anak datang sambil membawa beberapa batang bambu. Mereka bekerja sama membuat gawang kecil karena ingin bermain sepak bola dengan ukuran lapangan yang sesuai untuk anak-anak. Kekompakan dan kreativitas mereka sangat terlihat ketika bambu-bambu itu disusun hingga menjadi gawang kecil sederhana.

Setelah gawang selesai dibuat, mereka mulai bermain sepak bola menggunakan bola plastik. Meskipun peralatannya sederhana, semangat mereka sangat tinggi. Teriakan sorak, tawa, dan suara bola plastik yang ditendang memenuhi suasana. Mereka berlari, saling mengejar bola, dan merayakan setiap gol dengan gembira.

Suasana sore itu menjadi bukti bahwa globalisasi dan perubahan sosial juga terjadi di Desa Pengkol. Anak-anak memanfaatkan ruang publik sebagai tempat berkegiatan positif dan tetap menjaga nilai kebersamaan serta kreativitas lokal. Mereka memadukan fasilitas desa yang ada dengan inisiatif sendiri, menciptakan suasana permainan yang menyenangkan dan penuh kekompakan.



karya 7


Pada suatu sore di desa Pulo, saya melakukan observasi di persawahan desa. Sawah tersebut memiliki pemandangan yang indah, dan anginnya sejuk. Pada sore itu terlihat beberapa anak sedang bermain layang-layang, mereka berlari sambil tertawa melihat layangan mereka terbang tinggi.

Selain itu, saya juga melihat beberapa warga sedang menanam padi di sawah. Mereka menanam bersama sambil bercanda dan saling membantu agar pekerjaan lebih cepat selesai. 

Disisi lain, pera remaja dan orang dewasa tampak bermain sepak bola di lapangan desa Pulo. Mereka tampak bersemangat dan saling adu balas gol hingga adzan maghrib berkumandang.

Pengamatan sore ini membuktikan bahwa globalisasi dan perubahan sosial telah terjadi di desa Pulo. Anak-anak hingga orang dewasa memanfaatkan ruang publik untuk saling menjaga kebersamaan. 

Anggota Kelompok:

  1. Ahmad Aziz M. (2)
  2. M. Kholid Al Kendy (14)
  3. Vania Fatimatuzzahra (33)
  4. Yova Adigha Diaz Pratama (36)