Senjata menurut wikipedia, adalah suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan suatu benda. Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneisa (KBBI), alat yang dipakai untuk berkelahi atau berperang (tentang keris, tombak, dan senapan).
Dari beberapa definisi tersebut terlihat bahwa sebuah senjata merupakan sesuatu yang digunakan manusia untuk melegalkan apa yang diperbuatnya, baik dalam rangka melindungi, mempertahankan, atau bahkan menyerang pihak lain.
Kalau dicermati lagi, sebenarnya manusia telah mempunyai senjata dalam dirinya. Senjata yang telah dikaruniakanNya kepada makhluk ciptaanNya. Senjata itu misalkan gigi, untuk mematahkan, mengkoyak, mencabik. Tangan, untuk nempeleng, meninju, mencubit. Kepala, untuk menyeruduk. Bahkan lisan, bisa juga digunakan sebagai senjata. Luka yang ditimbulkan pun tidak begitu kentara tapi bekasnya tak akan pernah bisa hilang.
Lantas senjata apa yang paling utama yang dimiliki oleh manusia? Tak lain dan tak bukan adalah isi dalam kepala, yaitu otak. Tanpa ada kemampuan berpikir maka tidak akan ada senjata tercipta. Mungkin inilah yang dinamakan manusia adalah makhluk ciptaanNya yang paling sempurna.
>>
Pendidik, yaitu orang yang mendidik.
Mendidik, yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan, yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, perbuatan mendidik.
Tujuan pendidikan nasional, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sebagai manusia yang diciptakan paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain, manusia pasti memiliki posisi. Sedangkan pada setiap posisi terdapat senjata sebagai pe-legal perilaku. Posisi bisa dijadikan sebagai senjata atau pun proses perebutan jabatan yang memerlukan dan memanfaatkan senjata.
Pun demikian dengan pendidik. Sebagai pendidik banyak senjata yang dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk melegalkan apa yang ada dalam benak yang bersangkutan. Namun, alangkah baiknya senjata itu bukanlah peserta yang menjadi didikannya. Anak didik bukanlah senjata untuk perebutan kepentingan dan kekuasaan pendidik, mereka bukan senjata untuk kepentingan praktis.
Akan lebih baik dan berwibawa lagi, ketika anak didik bercerita tentang peristiwa yang dialami sedang pendidik memberi pandangan-pandangan dan sudut pandang yang positif terhadap peristiwa tersebut. Bukan malah mencekoki dengan hal/pandangan negatif, apalagi dimuati dengan kepentingan pribadi.
Akan lebih baik dan berwibawa lagi, ketika anak didik bercerita tentang peristiwa yang dialami sedang pendidik memberi pandangan-pandangan dan sudut pandang yang positif terhadap peristiwa tersebut. Bukan malah mencekoki dengan hal/pandangan negatif, apalagi dimuati dengan kepentingan pribadi.
Jika dicermati dan dirasakan, khususnya bagi yang sudah dewasa karena sudah pernah melewati, sesuatu yang paling mudah dipelajari dan diingat adalah hal/peristiwa yang jelek. Seseorang akan sangat mudah merekam tentang hal yang jelek.
Demikian pula dengan anak didik, secara insting mereka akan mempelajari dan merekam apa yang ia temui didepannya. Dan anehnya hasil rekaman tersebut adalah sesuatu yang negatif, sebaliknya yang positif entah kabur kemana. Nampaknya hal/peristiwa yang positif sulit mendapatkan tempat yang layak dalam benak seseorang. Betul tidak??
Disisi lain, bukankah sudah dipahami sebuah pepatah yang mengatakan bahwa ketika orang tua kencing jongkok, maka anak akan kencing berdiri. Dan ketika orang tua kencing berdiri, maka anak akan kencing berlari.
Berbekal pepatah tersebut marilah merenungkan dan instrospeksi diri sejenak, sudahkah memberi contoh yang pantas dan layak untuk anak didik??
Berbekal pepatah tersebut, janganlah memikirkan apakah contoh yang ditampilkan akan ditiru mereka??
Berbekal pepatah tersebut, janganlah selalu menyalahkan anak didik ketika mereka tidak mampu menjalankan sesuatu (perintah). Jangan ajari mereka mencari kambing hitam.
>><<
SENJATA PENDIDIK, BUKANLAH ANAK DIDIK
Berikanlah buah pikiran yang mendidik kepada anak didik.
(pandangan positif, sesuai dengan nilai dan norma serta aturan)
jika sudah demikian, maka biarlah mereka yang memilih jalan hidupnya
janganlah memaksakan jalan pikiran mereka untuk sama dengan apa yang kita kehendaki/pikiran
jangan menggunakan mereka sebagai senjata untuk kepentingan praktis
>><<
Catatan:
pendidik bukan hanya pendidik yang ada dalam lembaga pendidikan, melainkan lebih merujuk kepada siapapun yang berperan sebagai seorang pendidik di berbagai lingkungan
Bacaan:
https://id.wikipedi.org
https://kbbi.kemdikbud.go.id
http://belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/
Pernah membaca tapi lupa kapan, dimana dan bagaimana tepatnya
Pernah membaca tapi lupa kapan, dimana dan bagaimana tepatnya
Pengalaman Bpk. Sunarwi, mengajar itu harus ikhlas
Pandangan teman
Pandangan teman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar