a. Karakteristik
Bahasa Austronesia
Bahasa
Austronesia mempunyai bantuk jenis. Bahasa Austronesia di Indonesia terdiri
atas tiga kelompok, yaitu Malayo-Polinesia Barat, Kelompok Malayo/ Polinesia
Tengah dan Halmahera Selatan-Papua Barat. (Pembagian secara genealogis/
Keturunan)
Secara
tipologis, rumpun bahasa Austronesia dibagi menjadi empat kelompok:
1. Bahasa-bahasa
dengan system diatesisi morfologis tipikal Austronesia
Kelompok ini
terdiri atas sub kelompok, yaitu tipe seperti bahasa Indonesia dan tipe seperti
bahasa tagalog. Tipe seperti di Indonesia digunakan di Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa, Sumatra Utara,
Kalimantan bagian utara.
2. Bahasa-bahasa
dengan system diathesis campuran dengan persesuaian pronominal. Bahasa tipe ini
digunakan di Sulawesi Tenggara
3. Bahasa-bahasa
isolasi
Digunakan di
Flores dan Timor
4. Bahasa-bahasa
dengan persesuaian tanpa system diathesis
Digunakan di
Nusa Tenggara timur, Maluku Utara, dan Maluku Selatan
Bahasa
auatronesia digunakan di wilayah gugusan kepulauan Hawaii, Formosa, Filipina,
Kepulauan Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, NTT, NTB, Bali, Jawa, Sumatra,
Semenanjung Malaya, dan Madagaskar.
b. Karakteristik
Bahasa Papua
Papua
mempunyai bahasa dan suku bangsa yang
jumlahnya paling banyak di Indonesia. Bahasa di Papua dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu fila bahasa Melanesia dan fila bahasa non
Melanesia. Fila bahasa-bahasa Melanesia merupakan bagian tengah-selatan dari
fila besar bahasa Austronesia. Bahasa non Melanesia merupakan bahasa khas
Papua.
Secara
tipologis, terdapat perbedaan antara bahasa Austronesia dan Papua. Hal itu
dapat dilihat berdasarkan sudut pandang fonologinya. Dalam bahasa Papua system
fonemik yang digunakan sangat sederhana.
Selain itu,
menurut I Wayan Arka system vocal dalam bahasa Papua memiliki tipikal yang
terdiri atas lima vocal, yaitu /a,i,u,e,o/.
System
konsonan terdiri dari tiga tempat artikulasi yang meliputi labial,
dental/alveolar, dan velar. Kadang-kadang juga menempati posisi palatal.
Penelitian
bahasa Papua masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan antara lain sebagai
berikut:
1. Factor
komunikasi, karena di daerah pedalaman hampir tidak ada jalan-jalan sehingga
kesulitan untuk bertemu dengan informan
2. Factor
social politik, karena gabungan komunikasi adat sering saling bermusuhan
3. Factor
pantang bahasa, yaitu ada kata-kata yang tidak boleh diucapkan secara langsung
(harus menggunakan kata sinonim)
Wilayah yang
menggunakan bahasa papua:
1. Masyarakat
Arfak, merupakan penduduk asli daerah pedalaman Manokwari di Papua bagian barat
2. Masyarakat
Dani, di lembah Baliem Papua bagian barat
3. Masyarakat
Arso, di Papua bagian timur
c. Karakteristik
bahasa Austronesia dan bahasa papua di Indonesia
1. Bahasa
Austronesia
Rumpun bahasa
Austronesia adalah rumpun bahasa yang sangat luas peyebaranya di dunia. Mulai
dari Taiwan dan Hawai di ujung utara samapai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung
selatan.
Lalu dari
madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui)
a. Istilah
Austronesia
Merupakan istilah
linguistic yang mengacu pada suatu rumpun bahasa yang dituturkan oleh penduduk
Pulau Taiwan (pribumi), kepulauan nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia,
Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar.
Secara
harfiah Austronesia berarti kepulauan
selatan. Kata tersebut berasal dari bahasa
Latin, yaitu australis yang
berarti selatan. Dan bahasa Yunani nesos
yang berarti pulau.
b. Asal
usul bangsa Austronesia
Para penutur
bahasa Proto Austronesia (purba) diduga berasal dari daerah Tiongkok bagian
selatan. Sekitar 4000 tahun yang lalu, mereka bermigrasi ke pulau Taiwan.
Kemudian menyebar ke Filipina, Indonesia, P. Madagaskar dekat Benua Afrika, dan
ke seluruh Samudra Pasifik.
Ras Austronesia yang datang ke Indonesia mungkin berbicara dengan satu
bahasa yang sama. Setelah beberapa abad berlalu, mereka pun kehilangan kontak
dengan kelompoknya. Bahasa percakapan mereka pun mulai berubah.
Bahasa Austronesia menyebar hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Biasanya, bahasa asutronesia disebut Malaya-polynesian.
Biasanya, pengguna bahasa tersebut terdapat di pulau besar di Indonesia,
seperti Pulau Jawa , Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku
dan Papua.
Migrasi ras Austronesia terjadi di daerah Papua Nugini. Kemudian, mereka
menyebar kea rah timur dan mencapat Kepulauan Fiji atau Tonga pada tahun 1500
SM. Kemudian, mereka menyebar di daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan
Malaysia. Ada pula ras Austronesia yang menetap di pulau utama di Asia Tenggara
dan menjadi leluhur orang Cahm di selatan Vietnam.
Migrasi berikutnya terjadi pada abad ke 15 SM hingga abad ke 12 SM. Ras
Austronesia mulai menetap dan mendiami Pulau Madagaskar. Persebaran ras
Austronesia merupakan persebaran besar sebelum sejarah modern manusia. Hal itu
disebabkan persebaran ras Austronesia merupakan persebaran yang terjadi pada
separuh bumi.
Perlu diketahui, tidak ada kontak antara ras Melanesia dan Austronesia
pada zaman tersebut. Akan tetapi penampilan fisik pada orang Indonesia saat ini
menunjukkan adanya ras Austronesia yang berkulit gelap, bermata bulat, dan
berambut keriting. Cirri fisik tersebut merupakan cirri fisik ras Melanesia.
Sebaliknya, ras Austronesia memiliki cirri fisik, seperti kulit pucat, mata
sipit (mongoloid), dan rambut lurus.
2. Kelompok
Austronesia
Secara
genealogis, bahasa Austronesia di nusantara terdiri dari Melayu-Polinesia,
Melayu-Polinesia Tengah, dan Halmahera Selatan atau Papua Barat.
Menurut Arka,
secara tipologis terdapat empat kelompok yang dapat dolihat berikut ini:
Ø Bahasa
dengan system diathesis morfologis merupakan tipikal bahasa Austronesia yang
terbagi menjadi dua subkelompok, yakni bahasa bertipe seperti bahasa Indonesia
(tipe b. indo) dan bahasa bertipe seperti bahasa tagalog (b. Tag).
Tipe b. Indo
mendominasi wilayah Indonesia tengah dan barat yang meliputi Sulteng, Sulsel,
sebelah barat Sumbawa, Sumatra, Kalimantan.
Sementara itu,
b. Tag dapat ditemui di darah Sulut dan Kalut.
Ø Bahasa
nusantara yang menggunakan system diathesis campuran dengan penyesuaian pronominal
terdapat di Sulawesi Tenggara, missal bahasa Muna, Wolio, dan Tukang Besi 1995.
Pada bahasa
Tukang Besi, terdapat pemarkah frasa nomina ‘NOM’ yang sangat miriip dengan
pemerkah frasa nomina pada bahasa Austronesia di Taiwan.
Ø Bahasa
isolasi terdapat di daerah flores dan dapat ditemui di daerah Timor-Timur.
Bahasa ini tidak mempunyai morfologi pada verbanya dan juga tidak ada afiks
penyesuaian
Ø Bahasa
yang menggunakan penyesuaian tanpa system diathesis. Bahasa tipe ini terdapat
di Indonesia bagian timur, seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku Selatan, dan
Timor Timur.
Menurut
Bellwood, terdapat penggologan subkelompok bahasa Austronesia sebagai berikut:
1. Bahasa
Formosa
2. Bahasa
Melayu-Polinesia
3. Bahasa
Melayu-Polinesia Barat (Filipina, Vietnam, Madagaskar, Malaysia, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa bagian Barat dan dua bahasa di
Mikronesia barat, yaitu Palau dan Chamoro)
4. Bahasa
Melayu-Polinesia timur tengah
5. Bahasa
Melayu-Polinesia Tengah (Sunda Kecil, muali Sumbawa bagian timur kea rah timur,
kecuali Halmahera)
6. Bahasa
Melayu-Polinesia timur (Halmahera Selatan dan semua bahasa Austronesia
Kepulauan Pasifik, Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia)
7. Halmahera
selatan-Nugini Barat
8. Bahasa
Oceania (semua bahasa Melayu-Polinesia bagian Timur)
d. Daerah
persebaran bahasa Austronesia dan bahasa papua
1. Jawa
Bahasa jawa
mendominasi daerah Jawa Tengah dan Timur. Bahasa jawa merupakan bahasa yang
rumit secara gramatikal dan social. Dalam bahasa Jawa, kosakata yang digunakan
seseorang tergantungdengan status pembicara dan orang yang diajak bicara.
2. Bali
dan Nusa Tenggara Barat
Ada beberapa
bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia di Bali dan Nusa Tenggara Barat, yaitu
Bali, Sasak, Sumbawa, Bima, Manggarai, Riung, Palu’e, Ende-lio, Ngada, Mamboru,
Kodi Weyewa, Lamboya, Wanukaka, Anakalangu, Sikka, Lamalohot, Kedang, Nedebang,
Blagar, Alor, Kabola, Lamma, Tewa, Kelon, Abui, Kui
3. Kalimantan
Ada beberapa
bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia do daerah Kalimantan, yaitu Melayu,
Basap, Modang, Wahau Kayan, Segai, Busang, Bahau, Mahakam Kenyah, sungai Kayan,
Bukat, Kareho-Uheng, Hovongan, Kayan Mahakam, Aoheng, Bakung Kenyah, Sungai
Kayan di Kenyah, Rejang Kayan, Sungai Bahau di Kenyah, Dataran Tinggi Baram
Kenyah, Baram Kayan, Tutoh, Kenyah,Ampanang, Tunjung, Idong, Tidong, Sambakung,
Rungus, Kimarangan, Garo, Tebilung, Linkabau Tambanua, Kadazan Timur, Kadazan
Dusun, Gana, Lobu, Dataran Tinggi Kinabatangan, Baukan, Paluan, Beaufort-Murut, Kolod, Sumambu-Tagal,
Timugong, Kalabakan, Serudung, Berawan,
4. Sumatra
Ada beberapa
rumpun bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia di daerah Sumatra yaitu Aceh,
Gayo, Alas, Kluet, Dairi, Melayu, Simeleun, Toba, Angkola-Mandailing, Simelue,
Nias, Minangkabau, Rejang, Komering, Lampung, Orang Laut, Melaka, Kenaboi
5. Sulawesi
Rumpun bahasa
Austronesia di daerah Sulawesi yaitu Talaud, Sangir, Buru, Ambelau, Kayeli,
Sula, Taliabo, Taliabu, Balantak, Andio, Saluan, Bungku, Mori, Pamona, Kaili,
Gorontalo, Suwawa, Bolango, Bolaang-Mangondo, Ponosakan, Ratahan, Bantik, Tondano,
Wotu, Bugis, Seko, Makassar, Sa’da, Mamuju, Mandar, Tukang Besi, Buton Selatan,
Tolitoli, Tomini.
6. Maluku
dan Papua
Rumpun bahasa
Austronesia di daerah Maluku, yaitu Teor-Kur, Watubela, Geser-Goram, Banda,
Boboi, Seti, Masiwang, Manusela, Hulung, Luhu, Kayeli, Manipa, Asilulu, Amahai,
Saparua, Hitu, Kamarian.
Di daerah
Papua, antara lain Kaiwai, Onin, Sekar, Maya, Maden, Biak, Kawe, Gebe, Sawai,
Tobelo, Patani, dan Weda
Persebaran
bahasa Papua adalah sebagai berikut:
Nusa Tenggara
Timur
Nila-Serua,
Dawera-Daweloor, Dai, Teun, Damar, Letri Lgona, Roma, Kisar, Lamalohot, Kedang,
Roti, Atoni, Tukudede, Lamma, Kabola, Idate, Habu.
Maluku
Kamoro,
Semimi, Mairasi Timur Laut, Baham, Tanah Merah, Puragi, Yahadian, Borai,
Kalabra, Seget, Tobelo, Tobaru, Sahu, Pagu, Makian Timur, Makian Barat
Papua
Mairasi,
Semimi, Maerasi-Tanah Merah, Maerasi Timur Laut, Kamoro, Kofe, Baropasi,
Sinomi, Misa, Pauwi, Bapu, Ekagi, Moni, Papasena, Yelmek, Mombum, Ndom, Asamat
Tengah, Wanggom, Kaygir, Kaugat.
e. Sd
Catatan:
Fonologi yaitu bidang linguistic
yang mempelajari ,menganalisis dan membicarakan runtutan hunyi bahasa. Dibagi
menjadi:
-
Fonetik, cabang fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi itu mempunyai fungsi pembeda makna/ tidak.
-
Fonemik, yaitu cabang fonologi bunyi bahasa
dengan memperhatikanfungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar