Senin, 12 Maret 2018

Peta Persebaran Bahasa Austronesia













Papua:
1) Kepala Burung Timur
2) Mairasi Tanah Merah
3) Pauwi, Teluk Geelvink
4) Wissel Lakes Kemandoga
5) Asmat Komoro

 
Kalimantan/ Borneo:
1) Idahan
2) Dayak Melayu

3) Dayak Daratan, Melayu dan Dayak Melayu
4) Kayan Kenyah
5) Barito Barat







Bali dan Nusa Tenggara Barat:
1) Bahasa Bali
2) Sasak
3) Bahasa Jawa
4) Bima
5) Kodi Weyeha, Kambera



Sulawesi:
1) Toraja
Bacaan: Brata, Nugroho Trisnu. 2007. Antropologi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Rabu, 07 Maret 2018

Perjalanan Rebon

Rebon hasil tangkapan warga Desa Banyudhono, Rembang
Rebon adalah sejenis udang. Namun yang membedakannya dengan udang biasa adalah ukurannya yang memang sangat kecil. Bahkan untuk ukuran udang yang sudah tua sekali pun masih sangat mungil. Mungkin inilah yang dikatakan sok-imut, 😀. Ya...setidaknya inilah definisi rebon menurut pandangan saya :)
Cara menangkapnya pun berbeda dengan apa yang sudah pernah saya lakukan, yaitu menangkap udang satu persatu. Kegiatan ini dilakukan di sungai dekat rumah tinggal bersama-sama teman yang lain. Karena jumlahnya yang relatif sedikit, maka kegiatan menangkap satu persatu pun dapat dilakukan. 
Nah, berbeda dengan Si Udang Imut ini, karena ukurannya sangat kecil maka tidak mungkin menangkapnya dengan cara manual (tanpa alat, yaitu satu persatu). Bisa-bisa tidak akan mendapatkan satu ekor pun. Menurut informasi yang didapat, cara menangkap Si Imut ini adalah dengan menggunakan alat seperti jala, tapi jala yang spesial. Spesial karena ukuran kerapatan antar benangnya harus sangat rapat. 
Keunikan lainnya adalah  cara menebar jala, jala yang telah disiapkan sebelumnya tidaklah ditebarkan layaknya para nelayan kebanyakan. Melainkan dengan cara didorong atau ditarik. Lho....sebuah jala kok ditarik atau didorong?? Ya...memang harus seperti itu, sebab cara menangkap Si Imut itu adalah dengan berjalan kaki. Soalnya, rumah tinggal Si Imut tidaklah jauh dari bibir pantai.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa tidak menggunakan perahu saja? Kayaknya hal itu tidak akan dilakukan oleh masyarakat pemburu Si Imut, dengan alasan masih dapat dijangkau dengan cara berjalan kaki. Meskipun dalam terjangan ombak. Alasan lain yaitu karena relatif dangkalnya rumah tinggal Si Imut.
Karena harus berjalan di air laut, maka memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Selain karena ada arus ombak, ditambah lagi karena ada endapan lumpur yang menghambat langkah kaki Sang Nelayan. Bahkan lumpur tersebut, bisa sampai kurang lebih 80-an cm dalamnya. Bayangkan saja berjalan dilumpur sedalam itu. Bisa-bisa tidak sampai ditempat tujuan karena lelah dan penatnya kaki untuk melangkah. 
Seperti diutarakan barusan bahwa cara yang diterapkan untuk menangkap Si Imut ini adalah dengan berjalan kaki, maka modifikasi jala pun harus dilakukan. Yaitu jala yang digunakan harus diberi sebatang kayu di kiri dan kanannya. Selain untuk mempermudah menarik atau mendorong, juga dapat sebagai pemberat arus ombak yang menerjang jala tersebut. Agar jala yang digunakan tidak terlalu terseret ombak. 
Menurut masyarakat Banyudhono profesi ini tidak semua nelayan menyukainya, di desa ini hanya terdapat dua orang saja yang melakukannya. Menurut mereka pekerjaan yang satu ini terlalu banyak memakan tenaga dan cara pengolahannya yang sangat memakan waktu dan tenaga pula. 

Sumber: hasil wawancara dengan warga Desa Banyudhono.

Senin, 05 Maret 2018

Literasi

Salah satu contoh literasi
Secara bahasa pengertian literasi berkaitan dengan keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca. Jadi yang namanya litarasi berkaitan dengan kemampuan menulis huruf, kata, kalimat, dan paragraf, kemudian ditambah dengan kemampuan membaca tulisan tersebut.
Sebenarnya literasi bukanlah tentang tulisan yang harus dibaca seseorang. Secara lebih luas, kegiatan literasi merupakan kegiatan membaca berbagai hal (selain tulisan pun bisa menjadi literasi). Misalnya, video, pamflet, gambar, dan sebagainya. 

Jumat, 02 Maret 2018

Untuk anak-anak X IIS 2

1. Buatlah kelompok, maksimal dua siswa.
2. Buatlah deskripsi tentang Pagelaran Seni (boleh disertakan pula pandangan kelompok berkaitan dengan pagelaran dan tentang apa yang kelompok kalian lihat serta rasakan)
3. Jangan lupa gunakan bahasa yang sopan dan tidak mengarah ke SARA
4. Kemudian jawab pertanyaan berikut:
a. Menurut kalian adakah perilaku yang menyimpang?
b. Menurut kalian adakah perilaku menyimpang primer dan sekunder?
c. Tunjukkan contoh tentang perubahan sosial yang ditampilkan pada Pagelaran Seni tersebut
d. Tunjukkan contoh tentang globalisasi pada Pagelaran Seni tersebut
e. Jika kalian diminta untuk mengisi acara dalam Pagelaran Seni tersebut, apa yang akan kalian tampilkan.
f. Apa saran dan kritik kalian terhadap Pagelaran Seni tersebut

4. Kumpulkan dalam bentuk file
5. Dikumpulkan hari Rabu, 7 Maret 2018. Maksimal istirahat kedua
6. Jika ada yang belum jelas silakan hubungi guru pengampu.

Terimakasih..

Tarian Tradisional

Ditengah arus globalisasi yang semakin gencar mengkampanyekan berbagai budaya yang (katanya) modern. Maka selaku generasi muda harus berusaha dengan berbagai macam cara untuk tetap melestarikan. Agar budaya yang telah dimiliki dan sangat adiluhung tidak tersisih dan tergantikan dengan budaya lain.
Itulah salah satu cara mempertahankan nilai-nilai budaya yang dilakukan oleh para peserta didik SMAN 2 Rembang.
Pagelaran Seni Kelas XII IPS dan Bahasa

Semut

Dokumen Pribadi

Semut merupakan binatang yang unik. Tubuhnya kecil dan nampak ringan banget. Kaki-kaki yang menopang tubuhnya ada tiga pasang. Karena tubuhnya kecil, maka kaki-kaki yang menopang tubuhnya pun kecil. Meskipun punya kaki banyak, namun antar kaki itu tidak saling bertabrakan atau bahkan saling takling ketika berjalan alias kesrimpet. Ditambah lagi gerakannya lincah bukan kepalang, sekali lagi padahal kakinya banyak. 
Meskipun sekecil itu, ia memiliki senjata untuk mempertahankan diri, yaitu cupit dan air liur (kurang paham namanya apa). Dan jangan ditanya ketika ia menggigit. Gigitannya...byuh...byuh...byuh... sakit euy. Apalagi jika ditambah dengan posisi Si Semut ketika menggigit, nungging. Itu berarti ia lagi mengeluarkan tenaga dengan amat kuat dan habis-habisan dalam berperang. 

Terus, apa yang bisa dipelajari dari Semut...
Seperti yang sudah diutarakan, bahwa Si Kecil ini memiliki senjata untuk bertahan dan melindungi diri dari bahaya yang mengancam jiwa. Nah, dari kepemilikan senjata legal inilah dapat diambil pelajaran. 
Meskipun bertubuh mungil, tapi jangan ditanya ketika ia diganggu. Artinya jangan mengganggu Si Semut. Dapat dipastikan ia akan melawan. Ya..melawan dengan senjata dan dengan segala upaya yang ia miliki. Dalam melakukan perlawanan ini, ia tidak akan memilih dan memandang lawan. Pedomannya adalah siapapun atau apapun yang mengganggu harus dilawan. Lawan yang lebih besar pun ia akan melawannya.
Hal ini bukanlah aksi bunuh diri atau mati konyol atau apalah artinya, namun bisa dilihat perihal keberanian dan perlawanan yang begitu sengit. Itulah jihadnya.
Nah, bisa dilihat bahwa pantang menyerah sebelum bertindak. Mati terhormat, itulah pilihannya. 
Bisa dilihat pula bahwa meskipun selemah apapun diri ini, namun tidak boleh menyerah pada keterbatasan dan kelemahan tersebut. Tetaplah melakukan sesuatu... !!

Jikalau boleh mengandaikan, bahwa semut seperti halnya orang lemah sedang lawannya seekor gajah. Dimana orang lemah (orang yang tidak memiliki daya tawar) sedang lawannya adalah orang yang mempunyai daya tawar yang tidak diragukan keberadaannya (mengenai fisik dan jabatan). Namun, Si Semut tetap berjuang sampai titik darah penghabisan.
Orang kecil ini, akan melakukan apapun guna mempertahankan pendapat dan pendirian mereka.

>>Jangan sekali-sekali mengganggu Semut jika tidak ingin digigit. Sakit tau..!! 😁<<