Selasa, 25 Juni 2019

Perbedaan Konflik dan Kekerasan

Sebenarnya antara konflik dan kekerasan terdapat perbedaan yang mendasar. Berikut disajikan perbedaan konflik dan kekerasan:

Perbedaan Konflik dan Kekerasan
Sumber: https://apaperbedaan.com/konflik-dan-kekerasan/



Selasa, 14 Mei 2019

Integrasi dan Reintegrasi Sebagai Upaya Pemecahan Konflik Sosial dan Kekerasan1



A.    Integrasi social
Menurut KBBI, integrasi diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan.
Sedang kata sosial, merujuk pada msyarakat atau pun kelomok yang sifatnya luas, bukan individu.
Menurut Paul B. Horton, integrasi social merupakan proses pengembangan masyarakat ketika segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
Jika dikaitkan dengan konflik dan ekonomi, integrasi social dimaknai sebagai upaya memperbaiki atau mengembalikan persatuan dan harmoni social dalam masyarakat. Integrasi social merupakan tujuan akhir dari upaya penyelesaian konflik dan kekerasan. Tanpa terciptanya integrasi social pasca konflik, masyarakat menjadi sulit berbaur dan mudah tersulut konflik kembali.

B.     Proses Terwujudnya Integrasi Social
Alur proses menciptakan integrasi social pascakonflik dan kekerasan:
 
 









 Penjelasan:
1)      Pada awalnya konflik dan kekerasan muncul sebagai akibat perbedaan dalam masyarakat
2)      Konflik dan kekerasan diredam dan diselesaikan dengan cara melakukan akomodasi yang disesuaikan dengan sumber/akar konflik
3)      Penyelesaian konflik dan kekerasan dengan akomodasi dapat menghasilkan kerjasama antarunsur, yang pernah berselisih atau berkonflik. Kerjasama terbentuk karena ada kesadaran bersama dengan membuat kesepakatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
4)      Pelaksanaan koordinasi dengan mengedepankan proses pengaturan kerjasama yang telah tercipta supaya terarah dan sejalan tujuan yang ingin dicapai yaitu integrasi
5)      Terjadi asimilasi yang ditandai dengan adanya perubahan nilai budaya pada tiap-tiap kelompok dan adanya penerimaan cara hidup yang baru. Selain itu, terjadi peleburan berbagai perbedaan sehingga tercipta satu kesatuan unsure (integrasi)

C.     Factor Pendorong
1)      Homogenitas kelompok
Pada masyarakat yang memiliki tingkat homogenitas tinggi, maka integrasi social semakin mudah tercapai.
Contoh: sesuku, seetnik, sedarah
2)      Besar kecilnya kelompok
Konflik dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat dengan jumlah anggota sedikit cenderung lebih mudah mencapai integrasi social. Kelompok masyarakat yang beranggotakan sedikit memiliki tingkat kemajemukan relative rendah sehingga mudah melakukan penyesuaian perbedaan antaranggota.
3)      Mobilitas geografis
Masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas geografis rendah, maka akan lebih cepat dalam melakukan proses integrasi social.
4)      Efektifitas komunikasi
Apabila komunikasi antarkelompok masih dapat dijalin dan berjalan efektif, proses integrasi social semakin mudah.

D.    Pihak-Pihak yang Terlibat (dalam dan luar)
1)      Pihak dari dalam
Adalah pihak yang berasal dari komunitas yang mengalami konflik dan kekerasan. Biasanya mereka adalah pemimpin yang dihormati dan dipercaya masyarakat, baik yang bersifat formal maupun nonformal.
2)      Pihak dari luar
Adalah pihak yang tidak terlibat konflik. Pihak tersebut dilibatkan untuk membantu menyelesaikan konflik dan kekerasan.

E.     Sifat/ Bentuk Integrasi Sosial
1)      Integrasi normative, yaitu integrasi yang terbentuk karena terdapat kesepakatan nilai, norma, cita-cita bersama, dan rasa solidaritas antaranggota masyarakat. Integrasi ini berkaitan dengan unsure-unsur budaya yang masih disepakati antaranggota masyarakat seperti nilai, norma, dan identitas.
2)      Integrasi fungsional, yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya ketergantungan antarkelompok masyarakat. Masyarakat disatukan karena adanya kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi melalui interaksi antarkelompok masyarakat.
3)      Integrasi koersif, yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya paksaan dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dengan menggunakan lembaga social.
Adapun makna dari pemaksaan memiliki tiga sifat:
a.       Legitimate, yaitu pemaksaan yang didukung oleh masyarakat
b.      Legal, yaitu pemaksaan yang dilegalkan oleh hukum
c.       Naked power, yaitu pemaksaan yang tidak resmi

F.      Syarat Integrasi Sosial
1)      Anggota masyarakat sadar bahwa mereka telah berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka. Kebutuhan yang terpenuhi tersebut menyebabkan setiap anggota masyarakat berusahan saling menjaga keterikatan satu sama lain
2)      Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) mengenai norma dan nilai social yang dilestarikan serta dijadikan pedoman dalam berinteraksi
3)      Norma dan nilai social tersebut berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan secara konsisten oleh seluruh anggota masyarakat

silakan Klik disini, untuk materi selanjutnya.


Integrasi dan Reintegrasi Sebagai Upaya Pemecahan Konflik Sosial dan Kekerasan2


A.    Reintegrasi social
Reintegrasi diartikan sebagai proses berintegrasinya kembali kelompok-kelompok yang pernah terllibat konflik sosial dalam satu kesatuan masyarakat.

B.     Factor Pendorong Reintegrasi Sosial
1)      Konflik dan kekerasan terjadi kembali dalam masyarakat
2)      Terdapat permintaan untuk membangun kembali hubungan antarmasyarakat yang tercerai-berai
3)      Keinginan menciptakan kembali kondisi aman, tentram, dan harmonis seperti sediakala

C.     Proses Pelaksanaan Reintegrasi Sosial
1)      Membangun kepercayaan (trust building) antarpihak yang terlibat konflik. Dilakukan dengan menguatkan hubungan social yang pernah terjalin seperti hubungan kekeluargaan atau kekerabatan.
2)      Penguatan identitas bersama.
3)      Penguatan melalui kegiatan bersama. Masyarakat menciptakan kegiatan yang dapat diikuti dan dilaksanakan secara bersama.
4)      Pembuatan kebijakan pemerintah yang prointegrasi.
  
D.    Ragam Konflik dan Kekerasan yang Membutuhkan Proses Integrasi dan Reintegrasi Sosial
1)      Konflik local
Merupakan konflik antarindividu atau antarkelompok dalam lingkup atau skala wilayah relative sempit, misalnya satu kelompok, satu desa, satu kelurahan, dan satu kecamatan.
2)      Konflik nasional
Adalah konflik yang terjadi antarkelompok masyarakat yang berada dalam satu negara. Konflik nasional bermula dari konflik local yang meluas dan berkembang melibatkan banyak pihak.
3)      Konflik internasional
Adalah konflik yang melibatkan dua negara atau lebih. Konflik yang melibatkan dua negara berdampak luar biasa. Selain menimbulkan kerugian dan banyak korban, konflik tersebut dapat mengubah kondisi social suatu negara secara cepat. 

E.     Secara umum terdapat tiga factor penyebab konflik dan kekerasan kembali pecah meskipun telah dilakukan proses akomodasi, factor tersebut antara lain:
Ø  Terdapat rasa ketidaknyamanan antarkelompok yang berkonflik dan warga ketika menjalin interaksi social. Selain itu, ada ketidaknyamanan dan ketakutan warga yang mengungsi untuk kembali ke lokasi konflik.
Ø  Sebagian warga masih menyimpan prasangka terhadap kelompok lain. Warga masih menyimpan dendam, marah, dan rasa tidak terima sehingga ingin menuntut balas ketika ada kesempatan.
Ø  Pemerintah tidak tepat sasaran dalam membuat program pembangunan perdamaian pascakonflik. Pemerintah hanya membuat program pembangunan perdamaian sebagai formalitas tanpa ada tindakan lebih lanjut.

Minggu, 28 April 2019

Selamat Menikmati

Sebelum melangkah pada tahap selanjutnya silakan cermati hal berikut!

1) Siapkan kertas ulangan dan alat tulis untuk mendukung pekerjaan Anda

2) Silakan kondisikan tempat duduk Anda, dengan cara duduk sesuai dengan urutan absen

3) Absen pertama ada di sebelah Tenggara. Disusul kebelakang absen ke dua, dan seterusnya.

4) Penempatan absen peserta didik adalah mengular. Jadi tempat duduk paling belakang dan sebelahnya adalah absen berikutnya. Misal: tempat duduk yang paling belakang adalah 5 dan sampingnya adalag absen 6, kemudian ke depan. dst

5) Untuk peserta didik yang duduk di sebalah Timur mengerjakan link ini: A. http://lbhbandaaceh.org/konflik-lahan-warga-tamiang-tolak-usulan-pt-rapala-dan-pemkab/

7) Jawab pertanyaan berikut!

1. Buatlah peta konflik!
2. Sebutkan faktor penyebab pada konflik di atas! Buktikan!
3. Sebutkan bentuk/jenis konflik di atas! Buktikan!
4. Apa dampak adanya konflik tersebut?
5. Utarakan solusi yang menurut Anda dapat dijalankan untuk menyelesaikan konflik tersebut!

Minggu, 24 Maret 2019

Faktor-Faktor Penyebab Konflik


Factor penyebab konflik secara umum:
1.      Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas seseorang. 
2.      Perbedaan latar belakang kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat lain. 
3.      Perbedaan kepentingan
Setiap individu ataupun kelompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. 
4.      Perubahan social
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan tersebut.
contoh: masyarakat pedesaan yang agraris menuju masyarakat industri.

Factor-faktor penyebab konflik di Indonesia (menurut J. Ranjabar), antara lain:
1.      Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Co: konflik di Aceh dan Papua
2.      Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Co: konflik yang terjadi di Sambas
3.      Apabila terjadi pemaksaan unsure-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain. Co: konflik yang terjadi di Sampit
4.      Apabila terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat. Co: konflik antarsuku di pedalaman Papua

sumber: Tim. 2006. Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira. (hal: 37-38)

Bentuk-Bentuk Kekerasan


Berikut tiga bentuk kekerasan menurut Johan Galtung.

1) Kekerasan Struktural

Galtung berpendapat bahwa ketidakadilan yang diciptakan oleh suatu sistem hingga menyebabkan manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) merupakan konsep kekerasan kultural. Kekerasan ini dapat mewujud sebagai rasa tidak aman karena tekanan lembaga-lembaga militer yang dilandasi oleh kebijakan politik otoriter, pengangguran akibat sistem ekonomi yang tidak berfungsi dengan baik dan kurang mampu menyerap sumber daya manusia di lingkungannya, diskriminasi ras atau agama oleh struktursosial dan politik, hingga ketiadaan hak untuk mengakses sarana pendidikan maupun kesehatan secara bebas dan adil. Banyaknya anak-anak yang kelaparan, menderita busung lapar, bahkan meninggal karena gizi buruk juga merupakan konsep kekerasan struktural.

2) Kekerasan Kultural

Kekerasan kultural adalah aspek-aspek dari kebudayaan, ruang simbolis dari keberadaan masyarakat manusia (dicontohkan oleh agama dan ideologi, bahasa dan seni, serta ilmu pengetahuan empiris dan formal) yang bisa digunakan untuk melegitimasi atau membenarkan kekerasan struktural dan langsung.

Kekerasan kultural adalah hasil konstruksi masyarakat. Satu etnis membenci etnis lain karena adanya prasangka atau asumsi negatif tertentu yang dikonstruksikan secara sosial oleh etnis itu sendiri. Misalnya, etnis A diasumsikan sebagai etnis yang serakah, dominan, serta munafik. Asumsi ini lantas dijadikan pembenaran untuk melakukan kekerasan terhadap warga etnis A

3) Kekerasan Langsung

Kekerasan langsung dapat berwujud tindakan intimidasi hingga menyebabkan ketakutan dan trauma psikis, mencederai, melukai, hingga mengakibatkan kematian pihak lain. Kekerasan langsung dapat dilakukan oleh satu individu pada individu lain, kelompok terhadap kelompok lain, atau kelompok terhadap individu.

Dalam masyarakat terdapat banyak bentuk kekerasan yang menyita perhatian, misalnya terorisme dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Berikut penjelasannya.

4) Kekerasan Personal

Kekerasan personal bertitik berat pada “realisasi jasmani actual”. Ada tiga pendekatan untuk melihat kekerasan personal yaitu cara-cara yang digunakan (menggunakan badan manusia atau senjata), bentuk organisasi (individu, massa, atau pasukan), dan sasaran (manusia). kekerasan personal dapat dibedakan dari susunan anatomis (secara structural) dan secara fungsional (fisiologis). Perbedaan antara yang anatomis dan fisiologis terletak pada kenyataan bahwa yang pertaa sebagai usaha menghancurkan menis manusia sendiri (badan), yang kedua untuk mencegah supaya mesian itu tidak berfungsi. Kekerasan personal ini sering pula disebut sebagai kekerasan langsung (direct). Hal ini karena kekerasan tersebut terkait dengan unsure pribadi (person), karena baik subjek maupun objek dari kekerasan tersebut adalah manusia konkret. Ia menjelaskan bahwa kekerasan personal memiliki sifat dinamis, mudah diamati, memperlihatkan fluktuasi yang hebat yang dapat menimbulkan perubahan. Kekerasan personal dicontohkan sebagai tindakan melukai, membunuh atau perang. Dengan melukai atau membunuh, berarti menempatkan ‘realisasi jasmani aktualnya’ juga tidak dimungkinkan, karena tanpa integrasi jasmani, kebebasan untuk merealisasikan diri akan terhambat.

Kekerasan personal adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu (pribadi) dan berwujud dalam dimensi fisik maupun psikologis, Kekerasan fisik dapat berupa tindakan mencederai atau melukai. Adapun kekerasan psikologis bisa muncul dalam bentuk ancaman atau pembunuhan karakter.

5) Kekerasan Institusional
Kekerasan institusional adalah kekerasan yang terlembaga atau dilakukan oleh lembaga tertentu. Aksi fisik dapat muncul dalam bentuk kerusuhan, terorisme, dan perang. Adapun aksi psikologis muncul berbentuk perbudakan, rasisme, serta seksisme.

Sumber:
https://pengetahuanjitu.blogspot.com/2016/11/bentuk-bentuk-kekerasan-materi-sosiologi.html

Persada, RM Ksatria Bhumi. 2012. Skripsi Kekerasan Personal Terhadap Anak Jalanan Sebagai Individu Dalam Ruang Public (Studi Kasus Terhadap Tiga Anak Jalanan Laki-Laki Binaan Rumah Singgah Dilts Foundation). Depok: Universitas Indonesia (lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314990-S-RM Ksatria Bhumi Persada.pdf)

Contoh kekerasan