| Gambar 1 |
| Gambar 3 |
Perbedaan masyarakat secara vertikal –sebagaimana dikemukakan oleh Nasikun- disebut stratifikasi sosial, sedangkan perbedaan masyarakat secara horizontal disebut diferensiasi sosial. Stratifikasi sosial muncul karena ketimpangan distribusi dan kelangkaan barang berharga yang dibutuhkan masyarakat, seperti uang, kekuasaan, pendidikan, keterampilan, dan semacamnya. Sementara itu, diferensiasi sosial muncul karena pembagian kerja, perbedaan agama, ras (pengelompokan individu atas dasar ciri fisik), etnis (pengelompokan individu atas dasar ciri persamaan kebudayaan, seperti bahasa, adat, sejarah, sikap, wilayah), atau perbedaan jenis kelamin.
Di dalam stratifikasi sosial,
hubungan antarkelas dalam banyak hal cenderung tidak seimbang –dimana ada pihak
tertentu yang lebih dominan dan berkuasa daripada pihak yang lain. Sementara itu,
di dalam diferensasiasi sosial yang dipersoalkan bukanlah apakah antara
berbagai kelompok (bukan antara berbagai kelas) itu seimbang atau tidak,
melainkan yang lebih ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya bersifat pluralistik
dan di dalam terdapat sejumlah perbedaan.
Secara normatif, di dalam
diferensiasi sosial, memang hak dan kewajiban antara kelompok yang satu dengan
yang lain relatif sama di mata hukum. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa
di dalam kenyataan yang terjadi diferensiasi sosial umumnya selalu tumpang
tindih dengan stratifikasi sosial.
Hubungan antarkelompok dalam
diferensiasi sosial –entah itu atas dasar perbedaan profesi, ras, etnis, agama,
atau jenis kelamin- selalu tidak pernah netral dari dimensi-dimensi
stratifikasi sosial. Hak dan kewajiban seorang buruh dan majikan, misalnya, di
mata hukum secara normatif sama. Tetapi, karena antara keduanya dari segi
kekuasaan dan ekonomi jauh berbeda, maka pola hubungannya pun menjadi tidak
seimbang. Seorang majikan, jelas posisinya akan lebih dominan dan berhak
memerintah para buruhnya. Sebaliknya, para buruh akan selalu bersikap hormat
kepada majikan yang membayarnya. Memperoleh upah yang layak, misalnya, secara hukum
adalah hak kaum buruh. Namun, karena para buruh itu menyadari bahwa mencari
pekerjaan itu susah dan tidak memiliki alternatif untuk bekerja di sektor lain,
maka sering kita temui banyak kaum buruh relatif bersikap pasrah begitu saja –kendati
diberi upah di bawah KUM (Kententuan Upah Minimum).
Jadi,
antara stratifikasi social dan diferensiasi social tidak bisa dipisahkan. Keduanya,
berjalan beriringan, saling tumpang tindih.
Sumber:
Narwoko,
J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2015. SOSIOLOGI: TEKS PENGANTAR DAN TERAPAN. Jakarta:
Prenadamedia Group. (hal:194-195)
![]() |
| Dokumen pribadi: seorang laki-laki (suami) sedang menjemur pakaian |
Keluarga
terbentuk karena adanya hubungan pernikahan antara laki-laki dan perempuan. Memutuskan
untuk menikah adalah suatu pilihan yang harus dipertimbangkan secara seksama,
sebab menyangkut kehidupan kedepannya kelak. Selain itu, menikah juga melibatkan
banyak pihak. Tidak hanya kedua mempelai saja.
Sepakat
membentuk sebuah keluarga merupakan langkah besar bagi setiap individu, sebab
akan menapaki jenjang kehidupan yang lebih “riil” dari sebelumnya.
Langkah besar,
sebab masing-masing individu membawa budaya yang telah dipelajari dan dijadikan
indentitas diri selama bertahun tahun.
Sebenarnya,
tidak mudah memadukan yang terakhri ini. Apalagi ditambah pemahaman keliru
tentang keyakinan-keyakinan tertentu. Jika masing-masing pihak tidak mau membuka
diri tentang budaya dan keyakinan, maka keluarga yang baru saja dimulai akan
berhadapan dengan badai yang luar biasa. Badai akan semakin besar jika masing
masing keluarga sama sama “ngotot” dengan kebenaran yang telah diyakininya.
Untuk
meminimalisir hal tersebut, maka perlu adanya komunikasi diantara kedua belah
pihak. Dengan komunikasi dan saling terbuka diharapkan aka nada saling memahami
sudut pandang kedua belah pihak.
Jika sudah
saling memahami, maka segala yang dilakukan tidak akan ada saling curiga,
apalagi penindasan atau kekerasan dari kedua belah pihak, atau bahkan dalam
penerapan peran gender dalam berbagai aktivitas keluarga.
Untuk
meminimalisir kekerasan berbasis gender, selain komunikasi, terdapat hal lain
yang tak kalah pentingnya yaitu praktik atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Menerapkan kesetaraan gender dalam keseharian sangatlah penting, sebab kecenderungan
manusia akan lebih cepat belajar pada contoh nyata daripada hanya sekadar teori
atau penyuluhan.
Penerapan
kesetaraan gender dalam keluarga, dapat dimulai dengan pembagian tugas “melanggar
norma yang selama ini dijalankan oleh masyarakat” bagi anggota keluarga.
Misalnya, seorang suami mencuci pakaian sedangkan ibu memasak makanan untuk
anggota keluarga lainnya. Kakak perempuan membersihkan perabot rumah, sedang
adik laki-laki menyapu lantai.
Strategi pembelajaran gender hendaknya dimulai sejak dini. Dengan Si Anak mengenal berbagai hal tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dikerjakan oleh seseorang, maka ia akan terbiasa dan bahkan dapat beradaptasi dengan mudah di masyarakat nantinya.
![]() |
| Dokumen pribadi: seorang anak laki-laki sedang menyapu lantai |
Untuk menghindari kebosanan para anggota keluarga, maka berbagai tugas tersebut dapat dilakukan berjangka waktu. Artinya, penerapan tugas untuk masing-masing anggota keluarga dapat diganti setiap hari atau setiap dua hari sehari.
Selain itu, dapat
juga diterapkan dengan sistem acak sesuai kebutuhan. Maksudnya adalah jenis
pekerjaan apa yang belum dikerjakan oleh anggota keluarga, maka anggota
keluarga yang lain dapat mengerjakannya.
Dengan
menerapkan kebiasaan tersebut, maka bagi Si Pelaku (anggota keluarga) tidak
akan merasa melanggar norma masyarakat. Bahkan dapat menjadi contoh dan sekaligus
membuka pandangan baru bagi masyarakat sekitar. Dengan semakin terbukanya
pandangan masyarakat perihal kesetaraan gender, diharapkan masyarakat luas
mampu memilah dan memilih pekerjaan mana yang dapat dikerjakan oleh siapa.
Dengan
demikian, maka dapat dilihat bahwa peran keluarga sangat penting bagi
terciptanya persamaan gender di lingkup keluarga, bahkan dalam lingkup
masyarakat yang lebih luas. Jadi dengan menerapkan persamaan gender sejak dini
(dalam keluarga) diharapkan kekerasan berbasis gender diberbagai lini kehidupan
dapat dihilangkan.
BERSAMA KITA LAWAN KEKERASAN BERBASIS GENDER,
UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK.
BERSAMA KITA KUAT!!!
BERSAMA PASTI BISA!!!
---Semoga Bermanfaat---
Émile Durkheim
David Émile Durkheim atau yang lebih dikenal dengan
Durkheim saja. Ia lahir 15 April 1858 dan meninggal pada 15 November
1917, tepatnya pada umur 59
tahun. Ia juga dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi
modern. Pada tahun 1895, ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah
universitas Eropa,
ia juga sempat menerbitkan salah satu jurnal pertama
yang diabdikan kepada ilmu sosial, L'Année Sociologique
pada 1896.
Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis,
yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari
keluarga Yahudi Prancis yang saleh,
ayah dan kakeknya adalah Rabi (guru atau yang agung). Hidup Durkheim sendiri sama
sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan
bahwa fenomena keagamaan berasal
dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang
Yahudinya membentuk sosiologinya, banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah
sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.
Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga
didorong oleh politik.
Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan
pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekular.
Banyak orang menganggap pendekatan Katolik,
dan sangat nasionalistik sebagai
jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di
daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis,
berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya
secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat
sikapnya sebagai seorang aktivis.
Perhatian Durkheim yang utama adalah
bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa
modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak
ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern,
Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap
fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu
orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari
masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat, suatu posisi yang kelak
dikenal sebagai fungsionalisme.
Durkheim juga menekankan bahwa
masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda
dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada
apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme
metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta
sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan
fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan
individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang
independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan
individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui
fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat
terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.
Dalam bukunya “Pembagian Kerja dalam
Masyarakat” (1893),
Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial
dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan
meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional
dan masyarakat modern. Para
penulis sebelum dia seperti Herbert
Spencer dan Ferdinand Toennies
berpendapat bahwa masyarakat berevolusi
mirip dengan organisme
hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada yang lebih kompleks
yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit.
Namun, Durkheim membalikkan rumusan
ini, sambil menambahkan teorinya kepada kumpulan teori yang terus berkembang
mengenai kemajuan sosial, evolusionisme sosial, dan darwinisme sosial. Ia
berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat ‘mekanis’ dan
dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya
mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional,
kata Durkheim, kesadaran kolektif
sepenuhnya mencakup kesadaran individual – norma-norma sosial kuat dan perilaku
sosial diatur dengan rapi.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim
(6-4-13, 8:26 am)
Dalam masyarakat secara umum teori
tersebut dikenal dengan solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Sebelum
membahas apa yang itu solidaritas mekanis dan solidaritas organis, baiknya kita
mengetahui dahulu tentang apa itu solidaritas sendiri. Dalam KBBI, solidaritas
adalah sifat satu rasa (senasib, dan sebagainya), perasaan setiakawan (hal:
1082).
Sumber: Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Solidaritas adalah kesepakatan
bersama dan bentuk dukungan: kepentingan dan tanggung jawab antar individu
dalam kelompok, terutama karena diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan
tindakan kolektif untuk sesuatu hal.
Sumber: http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=4b360887c16b7127
(6-4-13, 8:40 am)
Solidaritas adalah rasa kebersamaan, rasa
kesatuan kepentingan, rasa simpati, sebagai salah satu anggota dari kelas
yang sama. Atau bisa diartikan perasaan atau ungkapan dalam sebuah
kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.
Dalam wikipedia, solidaritas memiliki
arti integrasi, tingkat dan jenis integrasi, ditunjukkan oleh masyarakat
atau kelompok dengan orang dan tetangga mereka. Hal ini mengacu pada hubungan
dalam masyarakat, hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat satu sama lain.
Istilah ini umumnya digunakan dalam sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Sumber: http://blog.uad.ac.id/rosmalina/2011/12/20/pentingnya-solidaritas-_/
(6-4-13, 8:41 am)
Solidaritas merupakan rasa
kebersamaan yang dimiliki oleh setiap orang sebagai anggota dalam suatu
kelompok untuk mendukung satu tindakan atau suatu kesepakatan tertentu diantara
anggota kelompok (masyarakat). Dengan lain perkataan, bahwa kata solidaritas
merupakan kesepakatan bersama mengenai satu tindakan atau ide, yang pada
akhirnya dapat mengarah pada ikatan emosional diantara anggota kelompok yang bersangkutan.
Dalam buku The Division
of Labor in Society (1968), Durkheim membedakan antara kelompok yang
didasarkan pada solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Ia juga menunjukkan beberapa cirinya yang
membedakannya.
Solidaritas mekanis merupakan ciri
yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang ia sebut dengan segmental.
Dalam masyarakat demikian kelompok-kelompok manusia tinggal secara tersebar dan
hidup terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing kelomok dapat memenuhi
kebutuhan mereka sendiri tanpa memerlukan bantuan atau kerjasama dengan
kelompok luar. Masing-masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peranan
yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja belum berkembang. Peranan
semua anggota sama, sehingga ketidakhadiran seorang anggota kelompok tidak
mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok karena peranan anggota tersebut dapat
dijalankan oleh orang lain.
Dalam masyarakat yang menganut
solidaritas mekanis, yang diutamakan ialah persamaan perilaku dan sikap.
Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim seluruh warga masyarakat diikat
oleh apa yang dinamakan collective conscience- suatu kesadaran bersama yang
mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan
kelompok, dan bersifat ekstern serta memaksa. Sanksi terhadap
pelanggaran hukum disini bersifat represif; barangsiapa melanggar solidaritas
sosial akan dikenai hukuman pidana. Kesadaran bersama tesebut mempersatukan
para warga masyarakat, dan hukuman terhadap pelanggar aturan bertujuan agar
ketidakseimbangan yang diakibatkan oleh kejadian tersebut dapat dipulihkan
kembali.
Solidaritas organis merupakan bentuk
solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks –masyarakat yang telah mengenal
pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antar
bagian. Tiap anggota menjalankan peranan berbeda, dan diantara berbagai peranan
yang ada terdapat kesalingtergantungan laksana kesalingtergantungan antara
bagian-bagian suatu organism biologis. Karena adanya kesalingtergantungan ini
maka ketidakhadiran pemegang peranan tertentu akan mengakibatkan gangguan pada
kelangsungan hidup masyarakat.
Pada masyarakat dengan solidaritas organis ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi collective conscience melainkan kesepakatan-kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok profesi. Disinipun hukum yang menonjol bukan lagi hukum pidana, malainkan ikatan hukum perdata. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan bersama maka yang berlaku ialah sanksi restitutif: si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada pihak yang menderita kerugian untuk mengembalikan keseimbangan yang telah dilanggarnya.
catatan: ini adalah file yang sudah lama tersimpan di hardisk.
Syarat Terbentuknya Kelompok Sosial
Sekumpulan orang dapat disebut sebagai kelompok sosial
apabila memenuhi syarat berikut:
1) Setiap anggota kelompok
menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompoknya;
Kesadaran juga dapat dilihat
dari atribut yang dikenakan. Contohnya: seseorang yang menjadi anggota kelompok
social tertentu, akan mengenakan seragam atau atribut sesuai dengan
kelompoknya.
2) Ada hubungan timbal balik
antara anggota yang satu dan anggota yang lain
Perlu digarisbawahi bahwa
dalam setiap kelompok terdapat pola hubungan timbal balik. Arti hubungan timbal
balik yaitu tiap-tiap anggota saling berinteraksi secara
sadar sebagai upaya untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan tertentu.
3) Ada suatu faktor yang
dimiliki bersama sehingga hubungan mereka bertambah erat.
Seperti kesamaan kepentingan,
kesamaan tujuan, kesamaan ideology, dan lain-lain.
4) Terdapat struktur, kaidah/norma
dan pola perilaku;
Suatu kelompok tentunya
memiliki ciri khusus yang menjadikannya berbeda dengan kelompok yang lain.
Struktur dan norma kelompok merupakan elemen pembeda yang penting. Setiap
kelompok memiliki norma/aturan yang berisi kaidah-kaidah yang bersifat mengatur
perilaku para anggotanya hingga akhirnya terbentuklah pola perilaku tertentu
yang menjadi ciri khas kelompok tertentu.
5) Bersistem
dan berproses
Suatu
kelompok social mempunyai system masing-masing dalam menjalankan “roda
pemerintahan” suatu kelompok. Misalnya; suatu kelompok social punya system penghormatan
kepada orang lain berdasarkan ijazah. Sedang kelompok yang lain, karena
kekuatan otot yang dimiliki oleh orang.
Selain itu, proses terbentuknya kelompok social secara
umum adalah tidak sebentar. Melainkan melalui beberapa tahap tertentu.
Pengertian nilai sosial menurut para
ahli:
a.
Kimball Young: nilai
sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang
baik dan apa yang benar, dan apa yang dianggap penting dalam masyarakat
b.
Robert M. Z. Lawang: nilai
sosial adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang
berharga, dan memengaruhi perilaku orang yang memiliki nilai itu.
c.
A. W. Green: nilai sosial adalah kesadaran yang
secara efektif berlangsung disertai emosi terhadap objek, ide, dan individu.
Peran nilai sosial di masyarakat adalah :
Ciri-ciri Nilai Sosial
a. Nilai
merupakan sesuatu yang abstrak, yang ada dalam pikiran atau perasaan manusia.
b.
Nilai tidak dibawa sejak lahir
melainkan dipelajari manusia.
c.
Nilai merupakan ciptaan masyarakat
yang tercipta melalui interaksi warga masyarakat. Nilai tercipta secara sosial,
bukan secara biologis atau pun bawaan lahir.
d.
Nilai sosial dapat diteruskan atau
dipindahkan diantara individu, satu kelompok ke kelompok lain maupun satu
masyarakat ke masyarakat lain.
e.
Sistem nilai dapat berbeda-beda
antara satu individu dengan individu lain, antara satu masyarakat dengan
masyarakat lain.
f.
Nilai dapat memberikan pengaruh
berbeda terhadap individu maupun masyarakat secara keseluruhan.
g.
Nilai sosial diperoleh, dicapai, dan
dijadikan miliki diri melalui proses belajar.
h.
Nilai sosial memuaskan manusia dan
memiliki peranan dalam usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial.
i.
Nilai sosial cenderung berkaitan satu
dengan yang lain, dan membentuk pola-pola dan sistem nilai dalam masyarakat.
j.
Sistem nilai sosial beragam bentuknya
antara kebudayaan yang satu dengan lainnya.
k.
Nilai sosial selalau memberikan
pilihan dari sistem-sistem nilai yang ada, sesuai dengan tingkatan
kepentingannya.
l.
Nilai sosial dapat melibatkan emosi
atau perasaan
m. Niali sosial dapat mempengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat, baik positif maupun negatif.
Ciri norma sosial
a.
secara umum tidak tertulis.
b.
bagian dari hasil kesepakatan bersama.
c.
menjadikan masyarakat sebagai pendukung yang
menaatinya.
d.
bagi yang melanggar harus mendapatkan sanksi
atau hukuman.
e.
bisa menyesuaikan dengan perubahan sosial
sehingga dapat dikatakan norma sosial dapat mengalami perubahan.
f.
sudah dibuat secara sadar dan transparan.