Minggu, 24 Maret 2019

Faktor-Faktor Penyebab Konflik


Factor penyebab konflik secara umum:
1.      Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas seseorang. 
2.      Perbedaan latar belakang kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat lain. 
3.      Perbedaan kepentingan
Setiap individu ataupun kelompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. 
4.      Perubahan social
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan tersebut.
contoh: masyarakat pedesaan yang agraris menuju masyarakat industri.

Factor-faktor penyebab konflik di Indonesia (menurut J. Ranjabar), antara lain:
1.      Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Co: konflik di Aceh dan Papua
2.      Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Co: konflik yang terjadi di Sambas
3.      Apabila terjadi pemaksaan unsure-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain. Co: konflik yang terjadi di Sampit
4.      Apabila terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat. Co: konflik antarsuku di pedalaman Papua

sumber: Tim. 2006. Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira. (hal: 37-38)

Bentuk-Bentuk Kekerasan


Berikut tiga bentuk kekerasan menurut Johan Galtung.

1) Kekerasan Struktural

Galtung berpendapat bahwa ketidakadilan yang diciptakan oleh suatu sistem hingga menyebabkan manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) merupakan konsep kekerasan kultural. Kekerasan ini dapat mewujud sebagai rasa tidak aman karena tekanan lembaga-lembaga militer yang dilandasi oleh kebijakan politik otoriter, pengangguran akibat sistem ekonomi yang tidak berfungsi dengan baik dan kurang mampu menyerap sumber daya manusia di lingkungannya, diskriminasi ras atau agama oleh struktursosial dan politik, hingga ketiadaan hak untuk mengakses sarana pendidikan maupun kesehatan secara bebas dan adil. Banyaknya anak-anak yang kelaparan, menderita busung lapar, bahkan meninggal karena gizi buruk juga merupakan konsep kekerasan struktural.

2) Kekerasan Kultural

Kekerasan kultural adalah aspek-aspek dari kebudayaan, ruang simbolis dari keberadaan masyarakat manusia (dicontohkan oleh agama dan ideologi, bahasa dan seni, serta ilmu pengetahuan empiris dan formal) yang bisa digunakan untuk melegitimasi atau membenarkan kekerasan struktural dan langsung.

Kekerasan kultural adalah hasil konstruksi masyarakat. Satu etnis membenci etnis lain karena adanya prasangka atau asumsi negatif tertentu yang dikonstruksikan secara sosial oleh etnis itu sendiri. Misalnya, etnis A diasumsikan sebagai etnis yang serakah, dominan, serta munafik. Asumsi ini lantas dijadikan pembenaran untuk melakukan kekerasan terhadap warga etnis A

3) Kekerasan Langsung

Kekerasan langsung dapat berwujud tindakan intimidasi hingga menyebabkan ketakutan dan trauma psikis, mencederai, melukai, hingga mengakibatkan kematian pihak lain. Kekerasan langsung dapat dilakukan oleh satu individu pada individu lain, kelompok terhadap kelompok lain, atau kelompok terhadap individu.

Dalam masyarakat terdapat banyak bentuk kekerasan yang menyita perhatian, misalnya terorisme dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Berikut penjelasannya.

4) Kekerasan Personal

Kekerasan personal bertitik berat pada “realisasi jasmani actual”. Ada tiga pendekatan untuk melihat kekerasan personal yaitu cara-cara yang digunakan (menggunakan badan manusia atau senjata), bentuk organisasi (individu, massa, atau pasukan), dan sasaran (manusia). kekerasan personal dapat dibedakan dari susunan anatomis (secara structural) dan secara fungsional (fisiologis). Perbedaan antara yang anatomis dan fisiologis terletak pada kenyataan bahwa yang pertaa sebagai usaha menghancurkan menis manusia sendiri (badan), yang kedua untuk mencegah supaya mesian itu tidak berfungsi. Kekerasan personal ini sering pula disebut sebagai kekerasan langsung (direct). Hal ini karena kekerasan tersebut terkait dengan unsure pribadi (person), karena baik subjek maupun objek dari kekerasan tersebut adalah manusia konkret. Ia menjelaskan bahwa kekerasan personal memiliki sifat dinamis, mudah diamati, memperlihatkan fluktuasi yang hebat yang dapat menimbulkan perubahan. Kekerasan personal dicontohkan sebagai tindakan melukai, membunuh atau perang. Dengan melukai atau membunuh, berarti menempatkan ‘realisasi jasmani aktualnya’ juga tidak dimungkinkan, karena tanpa integrasi jasmani, kebebasan untuk merealisasikan diri akan terhambat.

Kekerasan personal adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu (pribadi) dan berwujud dalam dimensi fisik maupun psikologis, Kekerasan fisik dapat berupa tindakan mencederai atau melukai. Adapun kekerasan psikologis bisa muncul dalam bentuk ancaman atau pembunuhan karakter.

5) Kekerasan Institusional
Kekerasan institusional adalah kekerasan yang terlembaga atau dilakukan oleh lembaga tertentu. Aksi fisik dapat muncul dalam bentuk kerusuhan, terorisme, dan perang. Adapun aksi psikologis muncul berbentuk perbudakan, rasisme, serta seksisme.

Sumber:
https://pengetahuanjitu.blogspot.com/2016/11/bentuk-bentuk-kekerasan-materi-sosiologi.html

Persada, RM Ksatria Bhumi. 2012. Skripsi Kekerasan Personal Terhadap Anak Jalanan Sebagai Individu Dalam Ruang Public (Studi Kasus Terhadap Tiga Anak Jalanan Laki-Laki Binaan Rumah Singgah Dilts Foundation). Depok: Universitas Indonesia (lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314990-S-RM Ksatria Bhumi Persada.pdf)

Contoh kekerasan

Tahapan konflik menjadi kekerasan (N.J. Smelser)

1. Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan akibat struktur sosial tertentu, seperti tidak adanya sistem tanggungjawab yang jelas salam masyarakat.

2. Kejengkelan atau tekanan sosial

3. Berkembangnya prasangka kebencian yang meluas terhadap suatu sasaran tertentu

4. Mobilisasi massa untuk beraksi

5. Kontrol sosial

Dampak konflik

Dampak secara langsung
1) Menimbulkan keretakan hubungan hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya
2) Adanya perubahan kepribadian seseorang, seperti selalu memunculkan rasa curiga, rasa benci, dan akhirnya dapat berubah menjadi tindakan kekerasan
3) Hancurnya harta benda dan korban jiwa, jika konflik tersebut berubah menjadi tindakan kekerasan
4) Kemiskinan bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan
5) Lumpuhnya roda perekonomian jika suatu konflik berlanjut menjadi tindakan kekerasan
6) Pendidikan formal dan informal terhambat karena rusaknya sarana dan prasarana pendidikan

Dampak tidak langsung
Dampak tidak langsung merupakan dampak yang dirasakan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam sebuah konflik, atau pun dampak jangka panjang dari suatu konflik yang tidak secara langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang berkonflik. 

Dampak positif konflik:
1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in group solidarity)
2) Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik
3) Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
4) Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan seimbang. Misalnya: adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik untuk bersatu kembali, karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak membawa keuntungan bagi kedua belah pihak
5) Memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum tuntas. misalnya, perbedaan pendapat di dalam diskusi tentunya akan memperjelas permasalahan yang terjadi.
6) Mengurangi ketergantungan terhadap individu atau kelompok

Dampak negatif konflik
1) Menimbulkan keretekan hubungan antara individu dan kelompok
2) Menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa
3) Menyebabkan adnaya perubahan kepribadian
4) Menyebabkan dominasi kelompok pemenang

Pengertian Kekerasan

Pengertian
Secara etimologis, kekerasan merupakan terjemahan dari kata ”violence”, berasal dari bahasa Lating violentia yang berarti force, kekerasan.
Secara terminology, kekerasan (violence) didefinisikan sebagai perilaku pihak yang terlibat konflik yang biasa melukai lawan konfliknya untuk memenangkan konflik.
Menurut Assegaf, kekerasan adalah sikap agresif pelaku yang melebihi kapasitas kewenangannya dan menimbulkan pelanggaran hak bagi si korban.
Menurut Galtung, kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehianga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Kekerasan disini didefinisikan sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang actual. Disatu pihak manusia mempunyai potensi yang masih ada didalam, dan dipihak lain potensi menuntut untuk diaktualkan yaitu dengan merealisasikan dan memperkembangkan diri dan dunianya dengan nilai-nilai yang dipegangnya. (hal: 175)
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang.

Menurut Galtung, ada enam dimendi kekerasan:
a.      Kekerasan fisik dan psikologis.
Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia disakiti secara jasmani bahkan sampai pada pembunuhan.
Kekerasan psikologis, adalah tekanan yang dimaksudkan meredusir kemampuan mental atau otak
b.     Kekerasan positif atau negative.
System orientasi imbalan (reward oriented) yang sebenarnya terdapat pengendalian, tidak bebas, kurang terbuka dan cenderung manipulative meskipun memberikan kenikmatan dan euphoria.
c.      Ada objek atau tidak.
Dalam tindakan tertentu tetap ada ancaman kekerasan fisik dan psikologis meskipun tidak memakan korban tetapi membatasi tindakan manusia.
d.     Ada subjek atau tidak
Kekerasan disebut langsung atau personal jika ada pelakunya dan bila tidak adapelakunya disebut structural atau tidak langsung
e.      Disengaja atau tidak
Bertitik berat pada akibat dan bukan tujuan, pemahaman yang hanya menekankan unsure sengaja tentu tidak cukup untuk melihat serta mengatasi kekerasan structural yang bekerja secara halus dan tidak disengaja.
f.       Kekerasan yang tampak atau tersembunyi
Kekerasan yang tampak nyata, baik yang personal maupun structural dapat dilihat meski secara tidak langsung.

Kekerasan tersembunyi adalah sesuatu yang memang tidak kelihatan (laten) tetapi bisa dengan mudah meledak.

Sumber:
Taupan, Muhamad dan Ine Ariyani Suwita. 2017. Sosiologi untuk Siswa SMA/MA Kelas XI. Bandung: Yrama Widya.

Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial, yang dimaksud dengan konflik sosial atau konflik, adalah :  “perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional”.


Pengertian Konflik Menurut Para Ahli
1.      Taquiri dan Davis
Menurut Taquiri dan Davis, pengertian konflik adalah warisan kehidupan sosial yang terjadi dalam berbagai keadaan sebagai akibat dari bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi, dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih secara terus-menerus.
2. Lewis A. Coser
Menurut Lewis A. Coser, arti konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status dan merupakan bagian dari masyarakat yang akan selalu ada, sehingga apabila ada masyarakat maka akan muncul konflik.
3. Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, pengertian konflik adalah suatu keadaan pertentangan antara dua pihak untuk berusaha memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan.
4. Robbins
Menurut Robbins, arti konflik adalah proses sosial dalam masyarakat yang terjadi antara pihak berbeda kepentingan untuk saling memberikan dampak negatif, artinya pihak-pihak yang berbeda tersebut senantiasa memberikan perlawanana.
5. Alabaness
Menurut Alabaness, pengertian konflik adalah keadaan masyarakat yang mengalami kerusakan keteraturan sosial yang dimulai dari individu atau kelompok yang tidak setuju dengan pendapat dan pihak lainnya sehingga mendorong terjadinya perubahan sikap, prilaku, dan tindakan atas dasar
ketidaksetujuannya.


Jadi sebuah konflik memiliki ciri-ciri, antara lain:
1.      Terdapat dua pihak atau lebih yang terlibat dalam konflik sehingga terdapat interaksi antara pihak-pihak yang terlibat
2.      Adanya tujuan yang dijadikan sasaran konflik. Tujuan tersebut merupakan sumber terjadinya konflik.
3.      Terdapat perbedaan pikiran, perasaan, dan tindakan diantara pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan yang diinginkan
4.      Terdapat situasi politik antara dua pihak yang bertentangan. Situasi konflik tersebut meliputi situasi antarpribadi, antarkelompok, antarorganisasi




Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
https://guruppkn.com/contoh-konflik-sosial-dalam-masyarakat
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-konflik.html
Rahmawati, Farida, dan Sri Muhammad K. Sosiologi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Intan Pariwara.



Konflik dan Kekerasan

KONFLIK

A.   Pengertian konflik klik disini
B.    Faktor penyebab konflik klik disini
C.    Teori- Teori mengenani sebab-sebab konflik, antara lain:
a)     Teori hubungan masyarakat
b)     Teori identitas
c)     Teori kebutuhan manusia
d)     Teori kesalahpahaman budaya
e)     Teori negosiasi prinsip
f)      Teori permainan
g)     Teori proses konflik
h)    Teori psikodinamika
i)       Teori system
j)       Teori tranformasi konflik
D.   Bentuk-bentuk konflik klik disini
E.    Dampak konflik klik disini
Tambahan
F.       Proses terjadinya konflik klik disini

KEKERASAN
A.   Pengertian klik disini
B.    Tahapan konflik menjadi kekerasan (N.J. Smelser) klik disini
 C.   Bentuk-bentuk kekerasan klik disini
 D. Contoh kasus kekerasan dalam masyarakat klik disini
 E. Cara pengendalian konflik dan kekerasan klik disini
 F. Perbedaan Konflik dan Kekerasan Klik disini

CARA PENGENDALIAN KONFLIK DAN KEKERASAN
Cara pengendalian konflik dan kekerasan Klik disini

INTEGRASI DAN REINTEGRASI 
Integrasi dan reintegrasi sebagai upaya pemecahan konflik sosial dan kekerasan Klik disini




Proses Terbentuknya Konflik


Proses terjadinya konflik
a.      Oposisi atau ketidakcocokan potensial, adalah adanya kondisi yang menciptakan kesempatan untuk munculnya konflik. Kondisi terebut dapat muncul karena komunikasi, struktur, dan variable pribadi.
Komunikasi yang buruk dapat menghalangi kolaburasi dan merangsang kesalahpahaman.
Struktur meliputi: ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan yuridikasi, kecocokan anggota tujuan, gaya kepemimpinan, system imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok-kelompok.
Variable pribadi dapat mengawali sebuah konflik. Misalnya: tidak menyukai suaranya, pakaiannya, dan kaca matanya.  
b.     Kognisi dan personalisasi, adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi.
Persepsi akan berlanjut pada tingakat terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu politik. Pelibatan inilah yang akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi, dan permusuhan.
c.      Maksud, adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik.
d.     Perilaku, mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum, serangan verbal yang tegas, pernyataan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salah paham kecil.
e.      Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti merintangi kenerja kelompok, atau berfungsional dalam arti merintangi kenerja kelompok oleh pihak-pihak yang berkonflik.
hal: 172
Sumber:
Taupan, Muhamad dan Ine Ariyani Suwita. 2017. Sosiologi untuk Siswa SMA/MA Kelas XI. Bandung: Yrama Widya

Bentuk-Bentuk Kekeerasan dalam masyarakat

Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Masyarakat
1.     Berdasarkan bentuknya, dapat dibedakan menjadi:
a)     Kekerasan fisik
Merupakan kekerasan yang kasatmata. Artinya, siapapun bisa melihat karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku dan korban.
b)     Kekerasan nonfisik
Merupakan kekerasan yang tidak kasatmata. Artinya, tidak dapat langsung diketahui perilakunya apabila tidak jeli memperhatikannya.
-         Kekerasan verbal, dilakukan melalui kata-kata.
-         Kekerasan psikologis/psikis, dilakukan dengan cara memberikan tekanan atau ancaman kepada korban.
c)     Kekerasan struktural
Merupakan kekerasan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan system, hukum, ekonomi, atau tata kebiasaan yang ada dalam masyarakat.
d)     Kekerasan kultural atau kekerasan budaya
Yaitu kekerasan yang disebabkan kultur (budaya) suatu masyarakat.
2.     Berdasarkan caranya
a)     Kekerasan langsung (direct violence)
Merupakan kekerasan yang dilakukan dan akibatnya dapat dilihat atau dirasakan secara langsung.
b)     Kekerasan tidak langsung
Merupakan kekerasan yang tidak langsung dikenakan kepada individu lain, tetapi menggunakan sebuah perantara dalam melakukannya. Dapat menggunakan atau memanfaatkan alat atau objek lain, missal melalui media massa.
3.     Berdasarkan subjeknya
a)     Kekerasan individual
Merupakan kekerasan yang dilakukan individu kepada individu atau kelompok lain.
b)     Kekerasan kolektif
Merupakan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada individu atau kelompok lain baik secara langsung maupun tidak langsung.


Sumber:
Tim Sosiologi. 2006. Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira.

Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan


Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai bentuk pengendalian/ meredakan konflik dan kekerasan dalam masyarakat, antara lain:
a.       Konsiliasi
Merupakan bentuk pengendalian konflik social yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan yang adil. Dalam konsiliasi berbagai kelompok yang berkonflik duduk bersama mendiskusikan hal-halyang menjadi pokok permasalahan.
b.      Arbitrasi
Merupakan bentuk pengendalian konflik social melalui pihak ketiga dan kedua belah pihak yang berkonflik menyetujuinya. Keputusan-keputusan yang diambil pihak ketiga harus dipatuhi oleh pihak-pihakyang berkonflik.
c.       Mediasi
Merupakan bentuk pengendalian konflik social dimana pihak-pihak yang berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Namun berbeda dengan arbitrasi, keputusan-keputusan pihak ketiga tidak mengikat pihak manapun.
d.      Adjudication
Merupakan cara penyelesaian konflik melalui pengadilan.

Sumber: Tim Sosiologi. 2006. Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira. 
(hal: 43-44)

Beberapa Contoh Kasus Kekerasan dalam Masyarakat

Beikut disajikan beberapa contoh kasus kekerasan dalam masyarakat:
Ø  Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Ø  Kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI)
Ø  Tawuran pelajar
Ø  Penindasan (Bullying)
Ø  Terorisme
Ø  Kekerasan antarumat beragama

Bentuk-Bentuk Konflik


Bentuk-Bentuk Konflik
1.      Berdasarkan sifatnya
a.       Konflik destruktif
Konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda.
Contoh: konflik Ambon, Poso, Kupang, Sambas
b.      Konflik konstruktif
Konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu consensus dari perbedaan pendapat tersebut dan mengahasilkan suatu perbaikan.
Missal: perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.
2.      Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik
a. Konflik vertical, terjadi jika yang berkonflik memiliki hubungan vertical, seperti bawahan dengan atasan
b. Konflik horizontal, terjadi jika berkonflik adalah individu yang memiliki kedudukan yang sejajar.

c.   Konflik diagonal, terjadi jika konflik telah merambah pada seluruh distribusi sumber daya yang ada dalam organisasi. Atau dengan kalimat lain, konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. 
3.      Berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik
a. Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak

b. Konflik tertutupmerupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik.
4.      Berdasarkan konsesntrasi aktivitas manusia di dalam masyarakat
a. Konflik social, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan keperntingan social dari pihak yang berkonflik. Konflik social ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: konflik social vertical dan konflik social horizontal.
b. Konflik politik, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan keperntingan yang berkaitan dengan kekuasaan.
c.  Konflik ekonomi, merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik.
d. Konflik budaya, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
e. Konflik ideology, merupakan konflik akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang.

5.      Berdasarkan cara pengelolannya
a. Konflik interindividu, merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan emosi individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi.


b. Konflik antarindividu, merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang-kadang substantive, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan, atau bersifat emosional, menyangkut perbedaan selera, dan perasaan suka atau tidak suka.
c. Konflik antarkelompok, merupakan konflik yang banyak dijumpai dalam kenyataan hidup manusia sebagai makhluk social, karena mereka hidup dalam kelompok-kelompok.


Tambahan
6.     Bentuk-bentuk konflik (yang lain)
Lewis A. Coser, melihat konflik berdasarkan proses terbentuknya:
a.      Konflik realistis, yaitu konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap system dan tuntutan-tuntutan yang terdapat dalam hubungan social. Misalnya: mahasiswa mendemo pemerintah atas kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak.
b.     Nonrealistic, yaitu konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis (berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan konflik. Missal: untuk meredakan ketegangan maka dicarilah seseorang untuk dijadikan kambing hitam atas semua permasalah yang terjadi.

Pandangan lain Lewis A. Coser tentang konflik:
a.      Konflik in-group, yaitu konflik yang terjadi di dalam kelompok. Missal: konflik antara ayah dan ibu.
b.     Konflik out-group, merupakan konflik yang terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok lain. Missal: konflik antara Desa A dan Desa B.

Menurut Soerjono Soekanto, membagi konflik menjadi:
a.  Konflik pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
b.   Konflik pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan ras.
c.  Konflik pertentangan antara kelas-kelas social, yaitu konflik yang disebabkan adanya perbedaan kepentingan antarkelas social.
d.     Konflik pertentangan politik, konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok
e.      Konflik pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi karena perbeadaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan Negara.

Konflik dari segi fungsional atau tidak fungsional:
a. Konflik fungsional, adalah konflik yang bermanfaat, yaitu menggambarkan konfrontasi antara kelompok-kelompok yang dapat mempertinggi atau menguntungkan kelompok secara keseluruhan.
b.  Konflik disfungsional, yaitu suatu konflik yang menghambat tercapainya tujuan organisasi dan karenanya sering bersifat destruktif.



Hal: 172-174)
Sumber:
Taupan, Muhamad dan Ine Ariyani Suwita. 2017. Sosiologi untuk Siswa SMA/MA Kelas XI. Bandung: Yrama Widya.
Tim Sosiologi. 2006. Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira.


Integrasi dan Reintegrasi Sebagai Upaya Pemecahan Konflik Sosial dan Kekerasan

Integrasi, klik disini
Reintegrasi, klik disini

Rabu, 20 Maret 2019

Kelas XI IPS

Carilah sebuah video tentang konflik yang terjadi dalam  masyarakat, kemudian ceritakan secara singkat tentang isi video tersebut.

Selanjutnya analisislah video tersebut dengan berpedoman pada hal berikut:
1. bidang konflik
2. sebab dan akar konflik
3. aktor konflik
4. proses konflik
5. dampak konflik
6. metode penyelesaian konflik

tugas ini merupakan tugas individu

cantumkan sumber video yang Anda peroleh

tulis hasil pekerjaan Anda pada buku tulis

kumpulkan pada hari jumat (22 Maret 2019) maksimal istirahat pertama

__selamat berpetualang__