Selasa, 22 Januari 2019

Hubungan Antarbudaya



1.       Difusi
Dinyatakan sebagai proses penyebaran atau perembesan suatu unsure budaya dari satu pihak ke pihak lain.
2.       Akulturasi
Merupakan suatu perubahan besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari kebudayaan asing .
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi menyangkut konsep mengenai proses social yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsure-unsur asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli.
Rincian dari mekanisme akulturasi dapat digambarkan sebagai berikut:
1)      Unsure budaya asing yang mudah diterima diterima
-        Unsure kebudayaan yang konkret wujudnya. Misalnya: benda keperluan rumah tangga, alat pertanian
-        Unsure kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Mislanya: kendaraan bermotor
-        Unsure kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat penerima. Misalnya: penerangan listrik menggantikan penerangan tradisional, HP menggantikan telepon rumah.

2)      Unsure budaya asing yang sulit diterima diterima
-        Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak. Misalnya ideologi atau paham negara asing.
-        Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakainya. Misalnya mode pakaian.
-        Unsur-unsur kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaaan masyarakat penerima. Misalnya traktor pembajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau.

3.       Asimilasi
Merupakan proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi.
Koentjraningrat, adalah suatu proses social yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif sifat khas dari unsure-unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsure kebudayaan campuran.
a)      Factor pendorong asimilasi
-        Adanya perbedaan di antara masing-masing pendukung kebudayaan. Artinya, masing-masing bisa saling melengkapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
-        Adanya sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya, saling mengakui kelemahan dan kelebihan akan mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.
-        Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat juga akan mempercepat proses asimilasi.
-        Adanya perkawinan campuran (amalgamasi)
-        Adanya perasaan unsure-unsur kebudayaan yang terdapat dalam masing-masing kebudayaan menyebabkan masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan lainnya sehingga akan memudahkan terjadinya asimilasi
b)      Factor penghambar asimilasi
-        Sifat takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi di antara masyarakat yang merasa rendah atau inferior dalam menghadapi kebudayaan luar yang lebih tinggi dan superior.
-        Kurang pengetahuan tentang kebudayaan luar yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati kurang berkembang antara suku bangsa satu dan lainnya.
-        Perasaan superioritas yang besar dari individu suatu kebudayaan terhadap kebudayaan masyarakat lain.
-        Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar
-        In-group feeling yang kuat, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
4.       Penetrasi
Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh kebudayaan asing yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan perubahan kebudayaan secara besar-besaran dalam waktu yang relative singkat.
-        Penetration pascifique, penetrasi kebudayaan denga cara damai atau bersahabat
-        Penetration violence, penetrasi kebudayaan denga cara kekerasan. Misalnya, dengan jalan peperangan atau penaklukan.

Dampak pengaruh positif:

-        alih teknologi asing (terutama teknologi Negara barat) yang berguna dalam industri
-        banyaknya industry
-        lapangan pekerjaan meningkat
-        nilai positif (pentingnya pendidikan, menghargai waktu)

Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa secara khusus:
-        Untuk tujuan praktis, yaitu mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
-        Untuk tujuan artistik, yaitu manusia mengolah serta mempergunakan bahasa dengan cara seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetika.
-        Untuk tujuan filosofis, yaitu untuk mempelajari naskah-naskah kuno
-        Sebagai kunci dalam mempelajari ilmu-ilmu lain
Fungsi bahasa secara umum:
-        Alat ekspresi, yaitu alat untuk mengekspresikan aspek kejiwaan manusia, antaralain untuk menarik perhatian orang lain dan membebaskan diri dari semua tekanan emosi.
-        Alat komunikasi, yaitu untuk mengadakan hubungan atau komunikasi  antarmanusia
-        Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi social

Fungsi bahasa sebagai bahasa nasional:
-        Lambang identitas nasional
-        Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang budaya dan bahasanya
-        Alat penghubung antardaerah dan antarbudaya
Fungsi bahasa sebagai bahasa negara:
-        Sebagai bahasa resmi Negara
-        Bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan
-        Alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan
-        Alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern

-         

Senin, 21 Januari 2019

Karakteristik bahasa Austronesia dan Papua


a.       Karakteristik Bahasa Austronesia
Bahasa Austronesia mempunyai bantuk jenis. Bahasa Austronesia di Indonesia terdiri atas tiga kelompok, yaitu Malayo-Polinesia Barat, Kelompok Malayo/ Polinesia Tengah dan Halmahera Selatan-Papua Barat. (Pembagian secara genealogis/ Keturunan)
Secara tipologis, rumpun bahasa Austronesia dibagi menjadi empat kelompok:
1.       Bahasa-bahasa dengan system diatesisi morfologis tipikal Austronesia
Kelompok ini terdiri atas sub kelompok, yaitu tipe seperti bahasa Indonesia dan tipe seperti bahasa tagalog. Tipe seperti di Indonesia digunakan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa, Sumatra Utara, Kalimantan  bagian utara.
2.       Bahasa-bahasa dengan system diathesis campuran dengan persesuaian pronominal. Bahasa tipe ini digunakan di Sulawesi Tenggara
3.       Bahasa-bahasa isolasi
Digunakan di Flores dan Timor
4.       Bahasa-bahasa dengan persesuaian tanpa system diathesis
Digunakan di Nusa Tenggara timur, Maluku Utara, dan Maluku Selatan
Bahasa auatronesia digunakan di wilayah gugusan kepulauan Hawaii, Formosa, Filipina, Kepulauan Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, NTT, NTB, Bali, Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, dan Madagaskar.
b.      Karakteristik Bahasa Papua
Papua mempunyai bahasa dan suku bangsa yang  jumlahnya paling banyak di Indonesia. Bahasa di Papua dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu fila bahasa Melanesia dan fila bahasa non Melanesia. Fila bahasa-bahasa Melanesia merupakan bagian tengah-selatan dari fila besar bahasa Austronesia. Bahasa non Melanesia merupakan bahasa khas Papua.
Secara tipologis, terdapat perbedaan antara bahasa Austronesia dan Papua. Hal itu dapat dilihat berdasarkan sudut pandang fonologinya. Dalam bahasa Papua system fonemik yang digunakan sangat sederhana.
Selain itu, menurut I Wayan Arka system vocal dalam bahasa Papua memiliki tipikal yang terdiri atas lima vocal, yaitu /a,i,u,e,o/.
System konsonan terdiri dari tiga tempat artikulasi yang meliputi labial, dental/alveolar, dan velar. Kadang-kadang juga menempati posisi palatal.
Penelitian bahasa Papua masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan antara lain sebagai berikut:
1.       Factor komunikasi, karena di daerah pedalaman hampir tidak ada jalan-jalan sehingga kesulitan untuk bertemu dengan informan
2.       Factor social politik, karena gabungan komunikasi adat sering saling bermusuhan
3.       Factor pantang bahasa, yaitu ada kata-kata yang tidak boleh diucapkan secara langsung (harus menggunakan kata sinonim)
Wilayah yang menggunakan bahasa papua:
1.       Masyarakat Arfak, merupakan penduduk asli daerah pedalaman Manokwari di Papua bagian barat
2.       Masyarakat Dani, di lembah Baliem Papua bagian barat
3.       Masyarakat Arso, di Papua bagian timur

c.       Karakteristik bahasa Austronesia dan bahasa papua di Indonesia
1.       Bahasa Austronesia
Rumpun bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa yang sangat luas peyebaranya di dunia. Mulai dari Taiwan dan Hawai di ujung utara samapai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan.
Lalu dari madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui)
a.       Istilah Austronesia
Merupakan istilah linguistic yang mengacu pada suatu rumpun bahasa yang dituturkan oleh penduduk Pulau Taiwan (pribumi), kepulauan nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar.
Secara harfiah Austronesia berarti kepulauan selatan. Kata tersebut berasal dari bahasa  Latin, yaitu australis yang berarti selatan. Dan bahasa Yunani nesos yang berarti pulau.
b.      Asal usul bangsa Austronesia
Para penutur bahasa Proto Austronesia (purba) diduga berasal dari daerah Tiongkok bagian selatan. Sekitar 4000 tahun yang lalu, mereka bermigrasi ke pulau Taiwan. Kemudian menyebar ke Filipina, Indonesia, P. Madagaskar dekat Benua Afrika, dan ke seluruh Samudra Pasifik.
Ras Austronesia yang datang ke Indonesia mungkin berbicara dengan satu bahasa yang sama. Setelah beberapa abad berlalu, mereka pun kehilangan kontak dengan kelompoknya. Bahasa percakapan mereka pun mulai berubah.
Bahasa Austronesia menyebar hampir di sebagian besar wilayah Indonesia. Biasanya, bahasa asutronesia disebut Malaya-polynesian. Biasanya, pengguna bahasa tersebut terdapat di pulau besar di Indonesia, seperti Pulau Jawa , Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Migrasi ras Austronesia terjadi di daerah Papua Nugini. Kemudian, mereka menyebar kea rah timur dan mencapat Kepulauan Fiji atau Tonga pada tahun 1500 SM. Kemudian, mereka menyebar di daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Malaysia. Ada pula ras Austronesia yang menetap di pulau utama di Asia Tenggara dan menjadi leluhur orang Cahm di selatan Vietnam.
Migrasi berikutnya terjadi pada abad ke 15 SM hingga abad ke 12 SM. Ras Austronesia mulai menetap dan mendiami Pulau Madagaskar. Persebaran ras Austronesia merupakan persebaran besar sebelum sejarah modern manusia. Hal itu disebabkan persebaran ras Austronesia merupakan persebaran yang terjadi pada separuh bumi.
Perlu diketahui, tidak ada kontak antara ras Melanesia dan Austronesia pada zaman tersebut. Akan tetapi penampilan fisik pada orang Indonesia saat ini menunjukkan adanya ras Austronesia yang berkulit gelap, bermata bulat, dan berambut keriting. Cirri fisik tersebut merupakan cirri fisik ras Melanesia. Sebaliknya, ras Austronesia memiliki cirri fisik, seperti kulit pucat, mata sipit (mongoloid), dan rambut lurus.

2.       Kelompok Austronesia
Secara genealogis, bahasa Austronesia di nusantara terdiri dari Melayu-Polinesia, Melayu-Polinesia Tengah, dan Halmahera Selatan atau Papua Barat.
Menurut Arka, secara tipologis terdapat empat kelompok yang dapat dolihat berikut ini:
Ø  Bahasa dengan system diathesis morfologis merupakan tipikal bahasa Austronesia yang terbagi menjadi dua subkelompok, yakni bahasa bertipe seperti bahasa Indonesia (tipe b. indo) dan bahasa bertipe seperti bahasa tagalog (b. Tag).
Tipe b. Indo mendominasi wilayah Indonesia tengah dan barat yang meliputi Sulteng, Sulsel, sebelah barat Sumbawa, Sumatra, Kalimantan.
Sementara itu, b. Tag dapat ditemui di darah Sulut dan Kalut.
Ø  Bahasa nusantara yang menggunakan system diathesis campuran dengan penyesuaian pronominal terdapat di Sulawesi Tenggara, missal bahasa Muna, Wolio, dan Tukang Besi 1995.
Pada bahasa Tukang Besi, terdapat pemarkah frasa nomina ‘NOM’ yang sangat miriip dengan pemerkah frasa nomina pada bahasa Austronesia di Taiwan.
Ø  Bahasa isolasi terdapat di daerah flores dan dapat ditemui di daerah Timor-Timur. Bahasa ini tidak mempunyai morfologi pada verbanya dan juga tidak ada afiks penyesuaian
Ø  Bahasa yang menggunakan penyesuaian tanpa system diathesis. Bahasa tipe ini terdapat di Indonesia bagian timur, seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku Selatan, dan Timor Timur.
Menurut Bellwood, terdapat penggologan subkelompok bahasa Austronesia sebagai berikut:
1.       Bahasa Formosa
2.       Bahasa Melayu-Polinesia
3.       Bahasa Melayu-Polinesia Barat (Filipina, Vietnam, Madagaskar, Malaysia, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa bagian Barat dan dua bahasa di Mikronesia barat, yaitu Palau dan Chamoro)
4.       Bahasa Melayu-Polinesia timur tengah
5.       Bahasa Melayu-Polinesia Tengah (Sunda Kecil, muali Sumbawa bagian timur kea rah timur, kecuali Halmahera)
6.       Bahasa Melayu-Polinesia timur (Halmahera Selatan dan semua bahasa Austronesia Kepulauan Pasifik, Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia)
7.       Halmahera selatan-Nugini Barat
8.       Bahasa Oceania (semua bahasa Melayu-Polinesia bagian Timur)

d.      Daerah persebaran bahasa Austronesia dan bahasa papua
1.       Jawa
Bahasa jawa mendominasi daerah Jawa Tengah dan Timur. Bahasa jawa merupakan bahasa yang rumit secara gramatikal dan social. Dalam bahasa Jawa, kosakata yang digunakan seseorang tergantungdengan status pembicara dan orang yang diajak bicara.
2.       Bali dan Nusa Tenggara Barat
Ada beberapa bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia di Bali dan Nusa Tenggara Barat, yaitu Bali, Sasak, Sumbawa, Bima, Manggarai, Riung, Palu’e, Ende-lio, Ngada, Mamboru, Kodi Weyewa, Lamboya, Wanukaka, Anakalangu, Sikka, Lamalohot, Kedang, Nedebang, Blagar, Alor, Kabola, Lamma, Tewa, Kelon, Abui, Kui
3.       Kalimantan
Ada beberapa bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia do daerah Kalimantan, yaitu Melayu, Basap, Modang, Wahau Kayan, Segai, Busang, Bahau, Mahakam Kenyah, sungai Kayan, Bukat, Kareho-Uheng, Hovongan, Kayan Mahakam, Aoheng, Bakung Kenyah, Sungai Kayan di Kenyah, Rejang Kayan, Sungai Bahau di Kenyah, Dataran Tinggi Baram Kenyah, Baram Kayan, Tutoh, Kenyah,Ampanang, Tunjung, Idong, Tidong, Sambakung, Rungus, Kimarangan, Garo, Tebilung, Linkabau Tambanua, Kadazan Timur, Kadazan Dusun, Gana, Lobu, Dataran Tinggi Kinabatangan, Baukan, Paluan, Beaufort-Murut, Kolod, Sumambu-Tagal, Timugong, Kalabakan, Serudung, Berawan,
4.       Sumatra
Ada beberapa rumpun bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia di daerah Sumatra yaitu Aceh, Gayo, Alas, Kluet, Dairi, Melayu, Simeleun, Toba, Angkola-Mandailing, Simelue, Nias, Minangkabau, Rejang, Komering, Lampung, Orang Laut, Melaka, Kenaboi
5.       Sulawesi
Rumpun bahasa Austronesia di daerah Sulawesi yaitu Talaud, Sangir, Buru, Ambelau, Kayeli, Sula, Taliabo, Taliabu, Balantak, Andio, Saluan, Bungku, Mori, Pamona, Kaili, Gorontalo, Suwawa, Bolango, Bolaang-Mangondo, Ponosakan, Ratahan, Bantik, Tondano, Wotu, Bugis, Seko, Makassar, Sa’da, Mamuju, Mandar, Tukang Besi, Buton Selatan, Tolitoli, Tomini.
6.       Maluku dan Papua
Rumpun bahasa Austronesia di daerah Maluku, yaitu Teor-Kur, Watubela, Geser-Goram, Banda, Boboi, Seti, Masiwang, Manusela, Hulung, Luhu, Kayeli, Manipa, Asilulu, Amahai, Saparua, Hitu, Kamarian.
Di daerah Papua, antara lain Kaiwai, Onin, Sekar, Maya, Maden, Biak, Kawe, Gebe, Sawai, Tobelo, Patani, dan Weda


Persebaran bahasa Papua adalah sebagai berikut:
Nusa Tenggara Timur
Nila-Serua, Dawera-Daweloor, Dai, Teun, Damar, Letri Lgona, Roma, Kisar, Lamalohot, Kedang, Roti, Atoni, Tukudede, Lamma, Kabola, Idate, Habu.
Maluku
Kamoro, Semimi, Mairasi Timur Laut, Baham, Tanah Merah, Puragi, Yahadian, Borai, Kalabra, Seget, Tobelo, Tobaru, Sahu, Pagu, Makian Timur, Makian Barat
Papua
Mairasi, Semimi, Maerasi-Tanah Merah, Maerasi Timur Laut, Kamoro, Kofe, Baropasi, Sinomi, Misa, Pauwi, Bapu, Ekagi, Moni, Papasena, Yelmek, Mombum, Ndom, Asamat Tengah, Wanggom, Kaygir, Kaugat.
e.      Sd

Catatan:
Fonologi yaitu bidang linguistic yang mempelajari ,menganalisis dan membicarakan runtutan hunyi bahasa. Dibagi menjadi:
-          Fonetik, cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi itu mempunyai fungsi pembeda makna/ tidak.
-          Fonemik, yaitu cabang fonologi bunyi bahasa dengan memperhatikanfungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.

Minggu, 06 Januari 2019

Kearifan Lokal untuk Melestarikan Lingkungan Hidup

Pemerintah sekarang sedang gencar-gencarnya mewacanakan konsep melestarikan lingkungan hidup, seperti penanaman seribu pohon, membuka hutan kembali, dan membuka tata ruang lingkungan hijau di kota-kota besar. Akan tetapi apa gunanya penanaman pohon tanpa diimbangi dengan pemeliharan pohon itu sendiri. Banyak perusahan-perusahan yang menerapkan konsep lingkungan hijau dengan cara mengadakan penanaman pohon di lahan-lahan yang kritis. Tetapi setelah itu pohon-pohon yang ditanam tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada tindak lanjutnya. Jadi kita perlu melakukan pepeliharan pohon yang sudah ada agar tetap lestari.

Sebenarnya sejak jaman dahulu nenek moyang kita sudah melakukan pelestarian lingkungan dan diturunkan sampai sekarang dari generasi ke generasi yang dikenal dengan istilah kearifan lokal (local genius). Kearifan lokal adalah suatu bentuk semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah yang biasanya diturunkan dari generasi ke generasi. Jadi, kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Kearifan local ini sudah diuji selama berabad-abad oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia.
Adanya pola hidup yang konsumtif dapat mengikis norma-norma kearifan lokal di masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut maka norma-norma yang sudah berlaku di suatu masyarakat yang sifatnya turun menurun dan berhubungan erat dengan kelestarian lingkungannya perlu dilestarikan. Kearifan local ini sudah sesuai dengan UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Dalam UU tersebut didefinisikan tentang pengelolaan lingkungan hidup, yaitu  upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Kearifan lokal suatu daerah atau tempat berbeda-beda. Misalnya untuk menjaga kelestarian hutan di Desa Rumbio Kecamatan Kampar Propinsi Riau dengan cara membuat hutan larangan adat, yaitu melestarikan hutan bersama-sama di dalam masyarakat tersebut dan masyarakat dilarang menebang di hutan larangan adat tersebut. Jika dilanggar akan dikenakan denda seperti, beras 100 kg atau berupa uang sebanyak Rp 6 juta. 
Berbeda dengan desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto ada kearifan lokal dalam melestarikan sumber air yaitu dengan upacara “bersih desa”, yaitu berjalan bersama-sama seluruh warga desa sambil membawa makanan menuju sumber mata air Claket. Setelah sampai pada sumber mata air, diadakan acara “Selamatan” seluruh warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya berupa sumber air sehingga dapat memberi penghidupan seluruh warga yang sehari sebelumnya tempat tersebut dibersihkan terlebih dahulu dan ditanami pohon.
Hampir sama seperti di Jawa, untuk menjaga kelestarian hutan di bali khususnya di Desa Penglipuran bentuk kearifan lokal masarakat setempat yaitu adanya konsep “Hutan Due” yang telah disahkan pada awig-awig (peraturan) desa. Konsep “Hutan Due” yang berarti hutan yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Kayu atau pun hasil hutan yang ada di hutan itu hanya bisa digunakan untuk keperluan upacara adat. Jika ada orang yang mengambil hasil hutan pada hutan tersebut untuk kepentingan pribadi tanpa sepengetahuan aparat desa, maka akan dikenakan sangsi sesuai awig-awig yang telah disepakati.
Sedangkan untuk masarakat bali pada umumnya untuk melestarikan hutan dengan cara mengadakan perayaan hari Tumpek Pengatag yang diadakan setiap 210 hari sekali. Pada upacara ini mengajarkan pada umat manusia bahwa kita wajib bersyukur atas harmoni yang membantu kita tinggal dalam alam kehidupan kini. Menghormati dan menghargai bumi dan seisinya, khususnya tanaman yang ada, memberi isyarat dan makna mendalam agar manusia mengasihi dan menyayangi alam dan lingkungan yang telah berjasa menopang hidup dan penghidupannya.

Kalau kita pandang dari segi sosial masyarakat bahwa kearifan lokal itu merupakan media pembelajaran bagi masyarakat untuk belajar saling menghormati dan saling menyayangi. Baik sesama manusia maupun terhadap lingkungan.
 
sumber:
http://hijau.mafiaol.com/2013/12/kearifan-lokal-melestarikan-lingkungan.html?m=1

Rabu, 02 Januari 2019

Pranata Sosial

Pranata sosial berasal dari istilah social institution. Para ahli sosiologi di Indonesia menerjemahkan istilah social institution dengan istilah yang berbeda-beda. Misalnya Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi, dan Soerjono Soekanto menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan untuk pranata social.

Koenjaraningrat menyebut istilah social institution dengan istilah pranata social. Ia menyatakan bahwa pranata social adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan kompleks dan kebutuhan khusus dalam masyarakat. Misalnya aturan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, kebutuhan ekonomi, dan lain-lain.       

Menurut Koenjaraningrat, pranata social memiliki 8 macam tujuan, yaitu:    
a.      Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan social dan kekerabatan, yaitu yang disebut kinship atau domestic institution. Contohnya perkawinan, pinagan, tolong-menolong antarkerabat, pengasuhan anak, soapan santun antar kerabat, system istilah kekerabatan, poligami, percerian, dan sebagainya.
b.      Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, dan mendistribusikan harta benda atau economic institutions. Contohnya pertanian, perikanan, koperasi dan macam-macam perdagangan.
c.       Pranata yang bertujan memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pendidikan manusia atau educational institutions. Contohnya pendidikan masyrakat, TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, tempat-tempat kursus, dan tempat-tempat pelatihan-pelatihannya.
d.      Pranata yang betujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia atau scientific institutions. Contohnya sebagai macam metode ilmiah dan pendidikan ilmiah lainnya.
e.      Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk menyatakan rasa keindahan dan rekreasi atau aesthetic and recreational institutions. Contoh: seni suara, seni rupa, seni gerak, seni lukis, dan seni sastra.
f.        Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau religus institutions. Contohnya doa.
g.      Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok atau bernegara atau political institutions. Contohnya pemerintahan, demokrasi, kehakiman kepoisian, dan sebagainya.
h.      Pranata-pranata yang mengurus kebutuhan jasmani manusia atau  somatic institutions. Contohnya pemeliharaan kecantikan, kesehatan, dan kedokteran. 

https://brainly.co.id/tugas/2157069

Selasa, 04 Desember 2018

Subordinasi

Kadang kita sering kali mendengar beberapa istilah sedang maknanya belum tentu kita tahu. Tak jarang pula kita paham mengenai istilah yang dilontarkan teman atau seseorang kepada kita, tapi arti sebenarnya kita tidak tahu. 
Demikian pula dengan istilah yang akan dibahas dalam tulisan berikut. Kita tidak akan asing dengan istilah SUBORDINASI. ya...telinga kita dan memori otak kita tidak akan asing dengan istilah tesebut. 
Berikut saya coba membahas dengan segala keterbatasan yang saya miliki tentunya. :)
Subordinasi, menurut KBBI antara lain: 1) kedudukan bawahan (terutama dalam kemiliteran). 2) penggabungan dua unsur gramatikal dengan cara sedemikian rupa sehingga yang satu terikat kepada yang lain; hubungan antara klausa terikat dan klausa bebas dalam sebuah kalimat. 3) hubungan makna antara dua atau lebih konsep dalam tingkat hierarki yang berbeda.
Subordinasi Artinya : suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain.

Nah, berarti dalam subordinasi terdapat upaya untuk menilai antara kedudukan yang satu terhadap yang lain. yang otomatis kedudukan diantara keduanya tidak dalam posisi yang sama, dimana kedudukan satu lebih unggul dibanding dengan kedudukan lainnya. 
Dalam praktik di masyarakat subordinasi ini nampaknya tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan gender (secara sosial). Penerapan subordinasi ini adalah untuk membedakan peran yang harus dijalankan antara seorang laki-laki dan perempuan. Peran-peran yang harus dimainkan ini sangat berbeda antara keduanya.
Jika dilihat ke dalam kehidupan masyarakat, peran yang diterapkan oleh setiap individu dalam masyarakat ini sangatlah unik. Unik karena hal yang sebenarnya bisa dilakukan oleh semua individu sebagai seorang manusia, malah diberikan atau dibebankan kepada satu individu saja. 
Misalnya, perihal memasak. Dalam masyarakat peran masak memasak, disematkan kepada seorang perempuan bahkan jika ada manusia lain (laki-laki) memainkan peran ini maka tak hayal lagi mereka akan langsung dihujani beribu "hukuman". Hukuman tersebut misalkan, gunjingan atau gossip, dianggap aneh, banci, bahkan dijauhi oleh warga masyarakat lain. 
Jika ditanyakan kembali, bukankah memasak hanyalah keahlian meracik (memotong dan mengkombinasikan) beberapa bumbu-bumbu yang telah disediakan dan ditetapkan sebagai bahan baku dalam memasak?






sumber: 
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/subordinasi
http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/04/pengertian-subordinasi.html