Minggu, 24 Maret 2019

Faktor-Faktor Penyebab Konflik


Factor penyebab konflik secara umum:
1.      Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas seseorang. 
2.      Perbedaan latar belakang kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat lain. 
3.      Perbedaan kepentingan
Setiap individu ataupun kelompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. 
4.      Perubahan social
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan tersebut.
contoh: masyarakat pedesaan yang agraris menuju masyarakat industri.

Factor-faktor penyebab konflik di Indonesia (menurut J. Ranjabar), antara lain:
1.      Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Co: konflik di Aceh dan Papua
2.      Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Co: konflik yang terjadi di Sambas
3.      Apabila terjadi pemaksaan unsure-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain. Co: konflik yang terjadi di Sampit
4.      Apabila terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat. Co: konflik antarsuku di pedalaman Papua

sumber: Tim. 2006. Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira. (hal: 37-38)

Bentuk-Bentuk Kekerasan


Berikut tiga bentuk kekerasan menurut Johan Galtung.

1) Kekerasan Struktural

Galtung berpendapat bahwa ketidakadilan yang diciptakan oleh suatu sistem hingga menyebabkan manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) merupakan konsep kekerasan kultural. Kekerasan ini dapat mewujud sebagai rasa tidak aman karena tekanan lembaga-lembaga militer yang dilandasi oleh kebijakan politik otoriter, pengangguran akibat sistem ekonomi yang tidak berfungsi dengan baik dan kurang mampu menyerap sumber daya manusia di lingkungannya, diskriminasi ras atau agama oleh struktursosial dan politik, hingga ketiadaan hak untuk mengakses sarana pendidikan maupun kesehatan secara bebas dan adil. Banyaknya anak-anak yang kelaparan, menderita busung lapar, bahkan meninggal karena gizi buruk juga merupakan konsep kekerasan struktural.

2) Kekerasan Kultural

Kekerasan kultural adalah aspek-aspek dari kebudayaan, ruang simbolis dari keberadaan masyarakat manusia (dicontohkan oleh agama dan ideologi, bahasa dan seni, serta ilmu pengetahuan empiris dan formal) yang bisa digunakan untuk melegitimasi atau membenarkan kekerasan struktural dan langsung.

Kekerasan kultural adalah hasil konstruksi masyarakat. Satu etnis membenci etnis lain karena adanya prasangka atau asumsi negatif tertentu yang dikonstruksikan secara sosial oleh etnis itu sendiri. Misalnya, etnis A diasumsikan sebagai etnis yang serakah, dominan, serta munafik. Asumsi ini lantas dijadikan pembenaran untuk melakukan kekerasan terhadap warga etnis A

3) Kekerasan Langsung

Kekerasan langsung dapat berwujud tindakan intimidasi hingga menyebabkan ketakutan dan trauma psikis, mencederai, melukai, hingga mengakibatkan kematian pihak lain. Kekerasan langsung dapat dilakukan oleh satu individu pada individu lain, kelompok terhadap kelompok lain, atau kelompok terhadap individu.

Dalam masyarakat terdapat banyak bentuk kekerasan yang menyita perhatian, misalnya terorisme dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Berikut penjelasannya.

4) Kekerasan Personal

Kekerasan personal bertitik berat pada “realisasi jasmani actual”. Ada tiga pendekatan untuk melihat kekerasan personal yaitu cara-cara yang digunakan (menggunakan badan manusia atau senjata), bentuk organisasi (individu, massa, atau pasukan), dan sasaran (manusia). kekerasan personal dapat dibedakan dari susunan anatomis (secara structural) dan secara fungsional (fisiologis). Perbedaan antara yang anatomis dan fisiologis terletak pada kenyataan bahwa yang pertaa sebagai usaha menghancurkan menis manusia sendiri (badan), yang kedua untuk mencegah supaya mesian itu tidak berfungsi. Kekerasan personal ini sering pula disebut sebagai kekerasan langsung (direct). Hal ini karena kekerasan tersebut terkait dengan unsure pribadi (person), karena baik subjek maupun objek dari kekerasan tersebut adalah manusia konkret. Ia menjelaskan bahwa kekerasan personal memiliki sifat dinamis, mudah diamati, memperlihatkan fluktuasi yang hebat yang dapat menimbulkan perubahan. Kekerasan personal dicontohkan sebagai tindakan melukai, membunuh atau perang. Dengan melukai atau membunuh, berarti menempatkan ‘realisasi jasmani aktualnya’ juga tidak dimungkinkan, karena tanpa integrasi jasmani, kebebasan untuk merealisasikan diri akan terhambat.

Kekerasan personal adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu (pribadi) dan berwujud dalam dimensi fisik maupun psikologis, Kekerasan fisik dapat berupa tindakan mencederai atau melukai. Adapun kekerasan psikologis bisa muncul dalam bentuk ancaman atau pembunuhan karakter.

5) Kekerasan Institusional
Kekerasan institusional adalah kekerasan yang terlembaga atau dilakukan oleh lembaga tertentu. Aksi fisik dapat muncul dalam bentuk kerusuhan, terorisme, dan perang. Adapun aksi psikologis muncul berbentuk perbudakan, rasisme, serta seksisme.

Sumber:
https://pengetahuanjitu.blogspot.com/2016/11/bentuk-bentuk-kekerasan-materi-sosiologi.html

Persada, RM Ksatria Bhumi. 2012. Skripsi Kekerasan Personal Terhadap Anak Jalanan Sebagai Individu Dalam Ruang Public (Studi Kasus Terhadap Tiga Anak Jalanan Laki-Laki Binaan Rumah Singgah Dilts Foundation). Depok: Universitas Indonesia (lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314990-S-RM Ksatria Bhumi Persada.pdf)

Contoh kekerasan

Tahapan konflik menjadi kekerasan (N.J. Smelser)

1. Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan akibat struktur sosial tertentu, seperti tidak adanya sistem tanggungjawab yang jelas salam masyarakat.

2. Kejengkelan atau tekanan sosial

3. Berkembangnya prasangka kebencian yang meluas terhadap suatu sasaran tertentu

4. Mobilisasi massa untuk beraksi

5. Kontrol sosial

Dampak konflik

Dampak secara langsung
1) Menimbulkan keretakan hubungan hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya
2) Adanya perubahan kepribadian seseorang, seperti selalu memunculkan rasa curiga, rasa benci, dan akhirnya dapat berubah menjadi tindakan kekerasan
3) Hancurnya harta benda dan korban jiwa, jika konflik tersebut berubah menjadi tindakan kekerasan
4) Kemiskinan bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan
5) Lumpuhnya roda perekonomian jika suatu konflik berlanjut menjadi tindakan kekerasan
6) Pendidikan formal dan informal terhambat karena rusaknya sarana dan prasarana pendidikan

Dampak tidak langsung
Dampak tidak langsung merupakan dampak yang dirasakan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam sebuah konflik, atau pun dampak jangka panjang dari suatu konflik yang tidak secara langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang berkonflik. 

Dampak positif konflik:
1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in group solidarity)
2) Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik
3) Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
4) Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan seimbang. Misalnya: adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik untuk bersatu kembali, karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak membawa keuntungan bagi kedua belah pihak
5) Memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum tuntas. misalnya, perbedaan pendapat di dalam diskusi tentunya akan memperjelas permasalahan yang terjadi.
6) Mengurangi ketergantungan terhadap individu atau kelompok

Dampak negatif konflik
1) Menimbulkan keretekan hubungan antara individu dan kelompok
2) Menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa
3) Menyebabkan adnaya perubahan kepribadian
4) Menyebabkan dominasi kelompok pemenang

Pengertian Kekerasan

Pengertian
Secara etimologis, kekerasan merupakan terjemahan dari kata ”violence”, berasal dari bahasa Lating violentia yang berarti force, kekerasan.
Secara terminology, kekerasan (violence) didefinisikan sebagai perilaku pihak yang terlibat konflik yang biasa melukai lawan konfliknya untuk memenangkan konflik.
Menurut Assegaf, kekerasan adalah sikap agresif pelaku yang melebihi kapasitas kewenangannya dan menimbulkan pelanggaran hak bagi si korban.
Menurut Galtung, kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehianga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Kekerasan disini didefinisikan sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang actual. Disatu pihak manusia mempunyai potensi yang masih ada didalam, dan dipihak lain potensi menuntut untuk diaktualkan yaitu dengan merealisasikan dan memperkembangkan diri dan dunianya dengan nilai-nilai yang dipegangnya. (hal: 175)
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang.

Menurut Galtung, ada enam dimendi kekerasan:
a.      Kekerasan fisik dan psikologis.
Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia disakiti secara jasmani bahkan sampai pada pembunuhan.
Kekerasan psikologis, adalah tekanan yang dimaksudkan meredusir kemampuan mental atau otak
b.     Kekerasan positif atau negative.
System orientasi imbalan (reward oriented) yang sebenarnya terdapat pengendalian, tidak bebas, kurang terbuka dan cenderung manipulative meskipun memberikan kenikmatan dan euphoria.
c.      Ada objek atau tidak.
Dalam tindakan tertentu tetap ada ancaman kekerasan fisik dan psikologis meskipun tidak memakan korban tetapi membatasi tindakan manusia.
d.     Ada subjek atau tidak
Kekerasan disebut langsung atau personal jika ada pelakunya dan bila tidak adapelakunya disebut structural atau tidak langsung
e.      Disengaja atau tidak
Bertitik berat pada akibat dan bukan tujuan, pemahaman yang hanya menekankan unsure sengaja tentu tidak cukup untuk melihat serta mengatasi kekerasan structural yang bekerja secara halus dan tidak disengaja.
f.       Kekerasan yang tampak atau tersembunyi
Kekerasan yang tampak nyata, baik yang personal maupun structural dapat dilihat meski secara tidak langsung.

Kekerasan tersembunyi adalah sesuatu yang memang tidak kelihatan (laten) tetapi bisa dengan mudah meledak.

Sumber:
Taupan, Muhamad dan Ine Ariyani Suwita. 2017. Sosiologi untuk Siswa SMA/MA Kelas XI. Bandung: Yrama Widya.

Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial, yang dimaksud dengan konflik sosial atau konflik, adalah :  “perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional”.


Pengertian Konflik Menurut Para Ahli
1.      Taquiri dan Davis
Menurut Taquiri dan Davis, pengertian konflik adalah warisan kehidupan sosial yang terjadi dalam berbagai keadaan sebagai akibat dari bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi, dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih secara terus-menerus.
2. Lewis A. Coser
Menurut Lewis A. Coser, arti konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status dan merupakan bagian dari masyarakat yang akan selalu ada, sehingga apabila ada masyarakat maka akan muncul konflik.
3. Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, pengertian konflik adalah suatu keadaan pertentangan antara dua pihak untuk berusaha memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan.
4. Robbins
Menurut Robbins, arti konflik adalah proses sosial dalam masyarakat yang terjadi antara pihak berbeda kepentingan untuk saling memberikan dampak negatif, artinya pihak-pihak yang berbeda tersebut senantiasa memberikan perlawanana.
5. Alabaness
Menurut Alabaness, pengertian konflik adalah keadaan masyarakat yang mengalami kerusakan keteraturan sosial yang dimulai dari individu atau kelompok yang tidak setuju dengan pendapat dan pihak lainnya sehingga mendorong terjadinya perubahan sikap, prilaku, dan tindakan atas dasar
ketidaksetujuannya.


Jadi sebuah konflik memiliki ciri-ciri, antara lain:
1.      Terdapat dua pihak atau lebih yang terlibat dalam konflik sehingga terdapat interaksi antara pihak-pihak yang terlibat
2.      Adanya tujuan yang dijadikan sasaran konflik. Tujuan tersebut merupakan sumber terjadinya konflik.
3.      Terdapat perbedaan pikiran, perasaan, dan tindakan diantara pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan yang diinginkan
4.      Terdapat situasi politik antara dua pihak yang bertentangan. Situasi konflik tersebut meliputi situasi antarpribadi, antarkelompok, antarorganisasi




Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
https://guruppkn.com/contoh-konflik-sosial-dalam-masyarakat
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-konflik.html
Rahmawati, Farida, dan Sri Muhammad K. Sosiologi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Intan Pariwara.



Konflik dan Kekerasan

KONFLIK

A.   Pengertian konflik klik disini
B.    Faktor penyebab konflik klik disini
C.    Teori- Teori mengenani sebab-sebab konflik, antara lain:
a)     Teori hubungan masyarakat
b)     Teori identitas
c)     Teori kebutuhan manusia
d)     Teori kesalahpahaman budaya
e)     Teori negosiasi prinsip
f)      Teori permainan
g)     Teori proses konflik
h)    Teori psikodinamika
i)       Teori system
j)       Teori tranformasi konflik
D.   Bentuk-bentuk konflik klik disini
E.    Dampak konflik klik disini
Tambahan
F.       Proses terjadinya konflik klik disini

KEKERASAN
A.   Pengertian klik disini
B.    Tahapan konflik menjadi kekerasan (N.J. Smelser) klik disini
 C.   Bentuk-bentuk kekerasan klik disini
 D. Contoh kasus kekerasan dalam masyarakat klik disini
 E. Cara pengendalian konflik dan kekerasan klik disini
 F. Perbedaan Konflik dan Kekerasan Klik disini

CARA PENGENDALIAN KONFLIK DAN KEKERASAN
Cara pengendalian konflik dan kekerasan Klik disini

INTEGRASI DAN REINTEGRASI 
Integrasi dan reintegrasi sebagai upaya pemecahan konflik sosial dan kekerasan Klik disini